Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian
Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt
Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,
PEMBAHASAN KETIGA
TENTANG ORANG YANG DITIMPA MUSIBAH DENGAN MENINGGALNYA ORANG YANG DICINTAI
المرء يصاب مصائب لا تنقضى ... حتى يوارى جسمه فى رمسه
فمؤجل يلقى الردى فى غيره ... و معجل يلقى الردي فى نفسه
"Seorang senantiasa tertimpa musibah tiada henti sampai jasadnya terkubur dalam liangnya. Maka ada yang ditunda sehingga dia menjumpai kematian menimpa orang lain, adapula yang disegerakan sehingga dia menjumpai kematian menimpa dirinya."
Untuk mengobati (kesedihan) karena ditinggal mati oleh orang tercinta adalah dengan delapan hal berikut ini;
Pertama: hendaknya dia mengetahui bahwa suratan takdir telah menetapkan hal itu sejak dulu. Allah Ta'ala berfirman,
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya". Qs. Al-Hadid: 22.
Kemudian Allah Ta'ala berfirman,
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ
"Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu". Qs. Al-Hadid: 23
Maksudnya, musibah-musibah itu telah ditakdirkan. Bukan terjadi karena suatu sebab-sebab alami seperti yang dikatakan oleh orang-orang naturalism¹. Tidak pula sia-sia (tanpa ada hikmah).
Namun, itu bersumber dari Dzat yang bersumber dari-Nya urusan-urusan yang sempurna dan perbuatan-perbuatan yang teliti.
Jika hal itu bersumber dari pengaturan Dzat Yang Maha Bijaksana tidak melakukan hal sia-sia, adakalanya sebagai peringatan dari kerusakan, adakalanya supaya diraihnya pahala, atau sebagai hukuman atas suatu dosa, niscaya dia akan terhibur dengan itu.
Kedua: mengetahui bahwa dunia itu negeri ujian dan kesusahan, sehingga tidak diharapkan kelegaan darinya.
وَما اِستَغرَبَت عَيني فِراقاً رَأَيتُهُ ... وَلا عَلَّمَتني غَيرَ ما القَلبُ عالِمُه
"Kedua mataku tidak menganggap aneh perpisahan yang daku lihat, tidak ada yang memberitahuku, selain keyakinan dalam hatikulah yang memberitahu".
Ketiga: mengetahui bahwa berkeluh kesah adalah musibah yang kedua.²
Keempat: hendaknya dia membandingkan dengan keberadaan yang lebih besar (penting) daripada musibah itu. Seperti orang yang punya dua anak, kemudian meninggal salah satunya.
Kelima: memandang kepada orang yang ditimpa musibah semisalnya. Karena dengan mencontohnya terdapat kelegaan yang luar biasa.
Berkata Al-Khansaa
وَلَولا كَثرَةُ الباكينَ حَولي ... عَلى إِخوانِهِم لَقَتَلتُ نَفسي
وَ ما يَبكونَ مِثلَ أَخي ... وَلَكِن أُعَزّي النَفسَ عَنهُ بِالتَأَسّي
"Kalaulah bukan karena banyaknya orang-orang yang menangis atas kepergian saudara-saudaranya di sekitarku, niscaya aku sudah membunuh diriku sendiri. Dan mereka tidaklah menangisi orang semisal saudaraku, namun aku menghibur diriku dengan mencontoh mereka".
Namun makna bait syair ini Allah haramkan atas penduduk Neraka. Karena masing-masing mereka kekal di dalamnya terpenjara seorang diri; dia menyangka tidak ada yang tinggal di Neraka kecuali dia sendirian.
Keenam: memandang kepada orang yang ditimpa musibah lebih banyak dari dirinya, sehingga musibah itu akan terasa ringan.
Ketujuh: mengharap ganti (dari Allah)³. Jika memang yang hilang darinya bisa diganti. Seperti anak dan istri.
Dikatakan kepada Luqman Al-Hakim, "Istrimu telah wafat". Maka beliau menjawab, "Aku akan perbarui rumah tanggaku".
Kedelapan: mengharap pahala dengan menanggung beratnya kesabaran. Hendaknya dia memandang kepada keutamaan-keutamaan sabar, pahala orang-orang yang sabar, dan kisah-kisah orang-orang yang sabar. Dan bila naik ke tingkat keridhaan maka itulah tujuannya.
Catatan:
1. Naturalism ( الطبائعيون ) adalah para ahli filsafat yang mempunyai pemikiran bahwa apa yang terjadi di alam ini itu murni dari alam itu sendiri tanpa ada campur tangan Allah. Seperti adanya gempa karena lempeng bumi bergeser, adanya kelongsoran karena hutan ditebangi pohonnya, dan semisal itu. Pemikiran ini sangat berbahaya, karena merambat dalam permasalahan akidah. Puncaknya mereka mengingkari adanya Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta.
2. Seperi kata penyair,
الجزع عند المصيبة مصيبة أخرى
"Berkeluh kesah saat ditimpa musibah adalah musibah yang lain".
3. Cobalah perhatikan kisah Ummu Salamah saat ditinggal mati suaminya; Abu Salamah. Ia teringat dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ kepada Abu Salamah dahulu.
إنا لله و إنا إليه راجعون. اللهم اجرني فى مصيبتي و اخلف لي خيرا منها
"Sesungguhnya kita (semua) milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah, berilah aku ganjaran pada musibah yang menimpaku dan berikanlah aku ganti yang lebih baik darinya" [HR. Ahmad]
Ummu Salamah sesaat termenung. Dalam hati ia berkata, apa ada yang lebih baik dari Abu Salamah untukku? Namun dirinya yakin terhadap Allah.
Allah Ta'ala kabulkan permohonannya. Allah menggantikan untuknya yang jauh lebih baik daripada Abu Salamah. Setelah masa iddahnya selesai, Rasulullah ﷺ datang dan melamarnya. Jadilah ia istri untuk suami terbaik di dunia dan akherat.
#TERJEMAH KITAB
https://t.me/RaudhatulAnwar1