Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian
Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt
Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,
BEKAL MENGHADAPI PERANGKAP IBLIS DI SAAT-SAAT MENJELANG KEMATIAN SEORANG
Hendaknya seorang mukmim menjawab syaithan dari semua godaan yang dibisikkannya dengan sebuah jawaban.
Pertama-tama hendaknya dia menjawab, "Aku telah mengetahui apa yang telah kamu perbuat terhadap ayahku (Nabi Adam), aku juga sudah tahu bagaimana permusuhanmu terhadapku. Lalu, apa gerangan kau berbelas kasihan kepadaku ?!"
Kemudian hendaknya dia memperbarui taubatnya, melihat kembali wasiat yang telah dia tulis, berupaya membebaskan diri dari kezhaliman, membayar hutang, dan mengatakan kepada syaithan, "Tidak ada celah untuk berputus asa dari rahmat Allah".
Adapun ketika saat sedang menghadapi sakaratul maut, maka menjawabnya dengan enam jawaban berikut ini;
Yang pertama: barangkali aku bisa sembuh dari sakit ini. Betapa banyak penyakit yang lebih parah dari ini namun masih diberi kesembuhan. Sungguh Fulan dan Alan lebih menderita daripada aku namun mereka tidak putus asa sama sekali.
Yang kedua: untuk apa kamu terburu-buru (menakutiku) bayang-bayang suram di saat menyusahkan seperti ini ? Membayangkan kesuraman di saat seperti ini adalah kesusahan yang lain.
Orang-orang yang bijak menuturkan, "Janganlah kalian membayangkan hal-hal yang suram, supaya kalian hanya mati satu kali, bukan berkali-kali".
Yang ketiga: bahwa barangkali Allah ta'ala mengasihiku di saat-saat sakaratul maut itu. Betapa seringnya pertolongan itu datang di saat kesulitan begitu menghimpit.
Yang keempat: telah dekat memang kematian itu sebagaimana yang kamu katakan, lalu untuk apa berkeluh kesah ?
Yang kelima: bahwa sesuatu yang ditakdirkan terjadi pastilah terjadi. Aku telah hidup lebih lama dari Fulan dan Alan.
Yang keenam: bahwa manakala semakin besar kesusahan maka semakin besar pula pahalanya.
Umar bin Abdul Aziz berkata, "Aku tidak berharap sakaratul maut diringankan untukku. Karena itu adalah hal terakhir bagi seorang muslim yang menggugurkan dosanya".¹
Ibrahim An-Nakha'i, "Dahulu mereka (para salaf) menganjurkan bagi orang yang sedang sakit supaya memuji Allah di saat menjelang kematiannya".
Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma berkata, "Sakaratul maut adalah kesusahan terakhir yang dihadapi oleh seorang mukmin".
Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Ketika Abdurrahman bin Abi Bakr wafat di daerah habsy, berjarak beberapa mil dari kota Makkah, jenazah beliau dibawa Ibnu Shafwan hingga tiba di kota Makkah.
Ketika berita wafatnya Abdurrahman sampai kepada Aisyah, beliau mengucapkan, "Aku tidaklah bersedih atas apa yang menimpanya kecuali pada dua hal; ( pertama ) dia tidak diobati, (kedua) dia tidak langsung dikubur saat meninggal dunia, karena dia meninggal dunia dengan tiba-tiba".²
Guru kami; Ibnu Nashir menerangkan, "Makna dia tidak diobati, adalah dia tidak menderita sakit yang dengannya bisa menjadi penggugur dosanya, mengingatkannya akan kematian sehingga bisa berwasiat terlebih dahulu, dan membuat keluarganya terhibur karena bisa mengobati sakitnya".
Catatan:
1. Az-Zuhd di bab Akhbar Umar Ibnu Abdil Aziz. Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri dari gurunya;
أخبرنا ابن ناصر قال أخبرنا ابن السراج قال أخبرنا الحسن بن علي قال أخبرنا أحمد بن جعفر قال حدثنا عبد الله بن أحمد قال حدثني أبي....
2. Thabaqah Ibnu Sa'ad.
Ibnul Jauzi sanadnya dengan jalur;
أنبأنا محمد بن عبد الباقي البزار قال أنبأنا أبو محمد الجوهري قال أخبرنا عمر بن حيوية قال أخبرنا أحمد بن معروف قال حدثنا الحسين بن الفهم قال حدثنا محمد بن سعد قال حدثنا عبد الملك بن عمرو العقدي قال حدثنا نافع بن عمر عن ابن أبي مليكة
Lihat postingan sebelumnya di: