BEKAL MENGHADAPI GODAAN IBLIS MENJELANG KEMATIAN ( 2 )
Adapun ucapan Iblis, "Mengapa kamu menderita keteriksaan seperti ini, padahal semestinya Allah itu bisa mengasihimu ?" Maka jawabannya adalah dari dua sisi.
Yang pertama: bahwa yang demikian ini bentuk penentangan kepada Allah; Maha Raja. Perbuatan-perbuatan Allah tidaklah untuk dicari sebabnya, dan kewajiban akal adalah menerimanya. Sungguh, Allah telah menguji badan dengan amalan-amalan yang berat, dan menguji akal dengan hal-hal yang tidak dapat dipahami supaya akal itu bersikap menerima (taslim). Misal, diberinya rasa sakit kepada hewan, dirajamnya pelaku zina, dan semisal itu.
Hendaknya ia memerhatikan keagungan Allah dan mengetahui kesempurnaan hikmah-Nya maka yang demikian itu akan menjadikannya patuh dan menerima ketetapan dan perintah-Nya, yang konsekuensinya adalah bahwasannya segala yang Allah lakukan itu hak, karena ilmu-Nya terhadap kesempurnaan hikmah-Nya.
Maka penentangan terhadap (ketetapan) Allah termasuk paling jeleknya perilaku. Orang yang menentang (ketetapan Allah) hanyalah manakala ia membandingkan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Misalnya, seorang mendengar bahwasannya Allah itu Maha Penyayang, lalu ia menuntut kasih sayang yang ia dapati dari para makhluk, kemudian ia melihat ternyata para musuh-Nya menguasai para wali-Nya, dan luka-luka menimpa binatang buruan, sehingga ia pun menyangka (pada yang demikian itu) tidak ada kasih sayang sama sekali, ia pun mengingkari (adanya kasih sayang Allah).
Hendaklah kamu merima (taslim) terhadap sifat-sifat Allah sebagaimana kamu menerima terhadap Dzat-Nya. Maka Allah sangatlah pantas untuk kamu menerima (segala ketetapan-Nya), sedang kamu tidaklah pantas untuk menentang-Nya.
Sungguh, musibah-musibah itu juga menimpa para nabi dan kaum mukimin, yang hal itu tidaklah menggoyahkan keyakinan hati-hati mereka. Allah ta'ala memberi pertolongan pada pertempuran Badr, sedang pada pertempuran Uhud, para musuh-Nya yang memenangkan perang. Namun, keyakinan-keyakinan para shahabat tetap kokoh. Hal itu menunjukkan mereka tidaklah menentang terhadap ketetapan Allah.
Adapun kamu (karena) keyakinanmu itulah masih goncang, sehingga cobaan sedikit saja sudah membuatmu goyah.
Dan ini merupakan prinsip keyakinan. Barangsiapa mau merenunginya dan memahaminya maka dia akan selamat dari kerusakan dan kesenjangan.
Kedua: bahwa apa yang nampak ini sebuah ketersiksaan, barangkali di dalamnya tidak seperti itu.
Karena sesungguhnya Allah terkadang mengasihi orang yang beriman dengan membuat penglihatannya sibuk melihat tempat tinggalnya di surga. Sehingga hatinya sibuk merenungi penantian perjumpaan dengan Allah, yang membuat anggota tubuhnya tidak merasakan rasa sakit yang menimpanya. (Gambarannya) Seperti para wanita yang memotong jemari mereka saat melihat Nabi Yusuf (mereka tidak menyadari dan merasa sakit ketika mereka mulai mulai melukai tangan-tangan mereka karena hati mereka tersibukkan dengan memandang ketampanan nabi Yusuf).
Berkata Muhammad bin Ka'ab Al-Qarzhi, "Apabila jiwa seorang mukmin mengalami sakaratul maut, datang kepadanya malaikat seraya berkata, "Assalamu'alaika, wahai wali Allah, Allah mengucapkan salam kepadamu". Kemudian beliau membaca;
الَّذِيْنَ تَتَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ طَيِّبِيْنَ ۙيَقُوْلُوْنَ سَلٰمٌ عَلَيْكُمُ
"(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum". Qs. An-Nahl: 32¹
Berkata Zaid bin Aslam, "Para malaikat mendatangi seorang mukmin di saat menjelang ajalnya. Mereka berkata kepadanya, "Kamu tidak perlu khawatir terhadap apa yang akan kamu datangi (kematian), Allah akan menghilangkan kekhawatiranmu. Tidak usah bersedih terhadap dunia dan penduduknya, namun berbahagialah dengan surga". Sehingga dia meninggal dunia dalam keadaan sudah diberi kabar gembira".²
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi bersabda;
إن الميت تحضره الملائكة فإذا كان الرجل الصالح قالوا اخرجي أيتها النفس الطيبة كانت في الجسد الطيب اخرجي حميدة وأبشري بروح وريحان ورب غير غضبان قال فلا يزال يقال ذلك حتى تخرج ثم يعرج بها إلى السماء فيستفتح لها فيقال من هذا فيقال فلان فيقولون مرحبا بالنفس الطيبة كانت في الجسد الطيب ادخلي حميدة وأبشري بروح وريحان ورب غير غضبان
"Sesungguhnya mayyit akan didatangi malaikat. Jika si mayyit orang yang shalih, mereka berkata kepadanya, "Keluarlah! wahai jiwa yang baik, berada dalam jasad yang baik. Keluarlah dengan terpuji dan bergembiralah dengan ketentraman dan rezki serta Rabb yang tidak murka".
Beliau melanjutkan, "Maka senantiasa yang demikian diucapkan kepadanya sampai ruhnya keluar, kemudian dibawa naik hingga ke langit. Lalu dimintakan untuknya supaya pintu langit dibuka.
Lalu ditanyakan, "Siapakah ini?". Kemudian dijawab, "Fulan". Maka para malaikat (penduduk langit) berkata, "Selamat datang! Wahai jiwa yang baik, berada dalam jasad yang baik. Masuklah dengan terpuji dan bergembiralah dengan ketentraman dan rezki serta Rabb yang tidak murka"³
Dari Al-Barraa bin 'Azib dari Nabi bersabda;
إِنَّ العبدَ المؤْمن إذا كان في انْقِطَاعٍ من الدُّنْيَا، وإِقْبالٍ من الْآخِرَةِ، نزل إليه من السَّمَاءِ ملائكةٌ بِيضُ الوجُوهِ، كأَنَّ وجوهَهُمُ الشمسُ ، معهُمْ كفنٌ من أكْفَانِ الجنَّةِ، وحَنُوطٌ من حَنُوطِ الجَنَّةِ ، حتى يَجْلِسُوا منه مَدَّ البَصَرِ ، ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ المَوْتِ حتى يَجلِسَ عندَ رأسِه فيَقولُ : أيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إلى مغْفِرةٍ من اللَّهِ ورِضْوَانٍ، فتخْرُجُ تَسِيلُ كما تسِيلُ القَطْرَةُ من فِي السِّقَاءِ ، فيَأْخذُها ، فإذا أخَذَها ، لم يَدَعُوها في يَدِه طَرْفَةَ عَيْنٍ، حتى يَأْخُذُوها فيَجْعَلُوهَا في ذلكَ الكَفَنِ وفي ذلكَ الحَنُوطِ ، فيَخْرُجُ منها كأَطيَبِ نَفْخَةِ مِسْكٍ، وُجِدَتْ على وجْهِ الأرضِ، فيَصْعَدُونَ بِها فلا يمُرُّونَ بها على مَلَكٍ من الملائِكَةِ، إلَّا قالُوا: ما هذا الرُّوحُ الطَّيِّبُ؟ فيقولُونَ : فُلَانُ بنُ فُلَانٍ بأَحْسَنِ أسمائِه التي كانُوا يُسَمُّونَه بها في الدُّنْيَا – حتى ينْتَهُوا بها إلى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَسْتَفْتِحون له فَيُفْتَحُ له ، فيُشَيِّعُهُ من كلِّ سماءٍ مُقَرَّبُوها إلى السماءِ التِي تلِيها ، حتى يُنتَهَي إلى السماءِ السابِعةِ ، فيقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ : اكْتُبُوا كِتابَ عبدِي في علِّيِّينَ
"Sesungguhnya hamba yang beriman ketika berpisah dengan dunia dan menyongsong akhirat, turun dari langit kepadanya para malaikat yang putih wajah mereka seakan wajah-wajah mareka bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dari surga dan wewangian dari surga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah malakul maut sehingga duduk di sisi kepalanya seraya berkata, "Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampuman Allah dan ridha-Nya". Ruhnya pun keluar seperti keluarnya air dari mulut cerek.
Malakul maut kemudian mengambul ruhnya. Ketika malakul maut sudah mengambilnya, para malaikat (yang turun tadi) tidak membiarkannya ada di tangan malakul maut walau sekejap mata. Sehingga mereka mengambilnya lalu meletekkannya di kafan dan wewangian tersebut. Maka keluarlah darinya aroma wangi seperti wangi misik paling baik yang pernah ada di muka bumi.
Para malaikat itu pun naik membawa ruh tersebut. Setiap kali ketemu dengan malaikat yang lain, mereka akan bertanya, "Ruh siapakah yang baik ini?”.
Mereka menjawab, "Fulan bin fulan"; dengan nama paling baik yang manusia menamainya di dunia, hingga sampai di langit dunia.
Mereka meminta agar pintu langit dibukakan, kemudian pintu langit dibuka untuknya.
Maka di setiap langit, penduduk langit tersebut mengiringinya hingga sampai ke langit ketujuh. Allah berfirman, "Tulis catatan amal hamba-Ku di Illiyin...."⁴
Catatan:
1. Lihat Tafsir Al-Qurthubi. Surat An-Nahl: 32.
2. Liahat Jami'ul Ulum Wal Hikam, 441
3. Musnad Imam Ahmad (2/364). Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri dari gurunya Ibnul Hushain....
4. Musnad Imam Ahmad (4/287)
http://t.me/RaudhatulAnwar1