Firman Allah Subhanahu wata'ala: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At Taubah: 100)

Sabtu, 05 Oktober 2024

TEGAR MENGHADAPI KEMATIAN (10)

Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian

Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt

Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,


BAB KETIGA
MUSIBAH YANG MENIMPA DIRI SEORANG SECARA KHUSUS

Aku melihat kebanyakan manusia ketika ditimpa penyakit mereka tersibukkan; terkadang sibuk dengan mengeluhkan dan mengadu, dan terkadang sibuk dengan berobat, sampai penyakit itu bertambah parah.

Dengan bertambah parah penyakitnya itu membuatnya tersibukkan dari menoleh kepada perkara-perkara yang bermashalat; seperti berwasiat, melakukan kebaikan, dan persiapan menghadapi kematian. Karena betapa banyak dosa yang dia belum bertaubat darinya, adanya titipan-titipan barang yang belum dia kembalikan kepada pemiliknya, atau dia masih memiliki tanggungan hutang atau tanggungan zakat, atau masih ada kezhaliman yang belum terbersit untuk memperbaikinya¹. 

Sayangnya, yang membuatnya sedih itu sebatas karena berpisah dengan dunia. Karena memang, dunia itulah yang menjadi prioritas semasa hidupnya. Sehingga, bisa-bisa dia siuman lalu berwasiat dengan wasiat yang zhalim².

Hal itu disebabkan karena lemahnya iman. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman,

فَأَعْرِضْ عَن مَّن تَوَلَّىٰ عَن ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا۝ذَٰلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ ۚ 

"Maka berpalinglah (hai Rasul) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak menginginkan kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka". Qs. An-Najm: 29-30.

Dan keadaan ini mencakup untuk seluruh makhluk. Kita berlindung kepada Allah ﷻ dari penelantaran.

Karenanya, orang yang menyadari hal ini hendaknya melakukan persiapan di masa sehatnya sebelum datangnya masa sakit. Bisa jadi, waktu itu akan menjadi sempit untuk beramal, memperbaiki kekurangan, atau berwasiat.

Dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُرِيْدُ أَنْ يُوْصِيَ فِيْهِ يَبِيْتُ لَيْلَتَيْنِ إِلاَّ وَوَصِيِّتُهُ

Tidak pantas bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang ingin ia wasiatkan untuk melewati dua malamnya melainkan wasiatnya itu sudah tertulis di sisinya.”³

Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ bahwasannya beliau bersabda,

إن الرجل ليعمل بعمل أهل الخير سبعين سنة، فإذا أوصى جار فى وصيته فيختم له بشر عمله فيدخل النار، و إن الرجل ليعمل الشر سبعين سنة، فيعدل فى وصيته فيختم له بخير عمله فيدخل الجنة.

"Sesungguhnya ada seorang yang beramal dengan amalannya orang-orang yang baik selama tujuh puluh tahun, namun tiba-tiba ketika berwasiat dia zhalim dalam wasiatnya, maka dia menutup hidupnya dengan kejelekan amalannya itu, kemudian dia masuk neraka. Dan sesungguhnya ada seorang yang berbuat kejelekan selama tujuh puluh tahun, namun dia adil dalam berwasiat, maka dia pun menutup hidupnya dengan kebaikan amalannya, kemudian dia masuk surga".⁴

Dan disebutkan dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik dari Nabi ﷺ bahwasannya beliau bersabda,

من فر بميراثه من وارث حرمه الله ميراثه من الجنة

"Barangsiapa lari (menghalangi) warisannya dari ahli warisnya, maka Allah akan haramkan untuknya warisan-Nya dari surga".⁵

#TERJEMAH KITAB

https://t.me/RaudhatulAnwar1

Catatan:

1. Seperti ghibah, atau menyakiti perasaan orang lain yang dia belum meminta maaf darinya.

2. Seperti: berwasiat salah satu putranya jangan diberi jatah warisannya. Atau wasiat-wasiat serupa; yang merugikan ahli warisnya.

3. Al-Musnad 1/80, Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri sampai kepada Abdullah bin Ahmad dari jalur Ibnul Hushain, dari Ibnul Mudzahhib, dari Ahmad bin Ja'far, dari Abdullah bin Ahmad.

4. HR. Abu Dawud 2867, dan Tirmidzi 2250. Hadits ini dinyatakan lemah oleh Al-Albani karena dalam sanadnya ada perawi bernama Syahr bin Hausyab. Dan hadits serupa dengan ini juga datang dalam riwayat Bukhari 3332 dan Muslim 2643 dari Abdullah bin Mas'ud berkata, Telah bercerita kepada kami Rasulullah ﷺ,

إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه و بينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها

"Sesungguhnya ada salah seorang kalian yang beramal dengan amalannya penghuni surga, sehingga antara dia dengan surga hanya sejarak satu hasta, namun catatan kitabnya mendahuluinya, maka dia pun beramal dengan amalannya penghuni neraka, kemudian dia pun masuk neraka".

5. HR. Ibnu Majah 2703, namun sanadnya lemah karena padanya terdapat perawi bernama Zaid Al-Ammi.