Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian
Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt
Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,
PELIPUR LARA BUAT YANG SEDANG SAKIT
Bilamana sakitnya semakin parah, hendaknya dia mengobatinya dengan tujuh belas obat; delapan di antaranya telah kami sebutkan pada pembahasan yang telah lalu.
[ Lihat: https://t.me/RaudhatulAnwar1/686 ]
9. Hendaknya dia mengerti bahwasanya bagaimanapun ketetapan Allah yang berlaku baginya itulah yang terbaik.
Dari Shuhaib bin Sinan radhiyallahu'anhu berkata; Rasulullah ﷺ bersabda,
عَجِبْتُ مِنْ قَضَاءِ اللَّهِ لِلْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَ الْمُؤْمِنِ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ فَشَكَرَ كَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ كَانَ خَيْرًا لَهُ
"Saya kagum dari ketetapan Allah bagi seorang mukmin. Sungguh, seluruh keadaannya itu kebaikan. Yang demikian tidak didapati kecuali pada seorang mukmin. Ketika dia memperoleh kelapangan, ia bersyukur. Dan syukur itu yang terbaik baginya. Dan ketika ditimpa kesulitan, ia bersabar. Dan sabar itu yang terbaik baginya".¹
10. Bahwasannya beratnya cobaan itu khusus menimpa orang-orang pilihan.
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu'anhu berkata; aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?"
Beliau menjawab,
الأنبياءُ ثم الصالحون ، ثم الأمثلُ فالأمثلُ ، يُبتلى الرجلُ على حسبِ دِينِه ، فإن كان في دِينِه صلابةٌ ، زِيدَ في بلائِه ، وإن كان في دِينِه رِقَّةٌ ، خُفِّفَ عنه ولا يزالُ البلاءُ بالمؤمنِ حتى يمشي على الأرضِ وليس عليه خطيئةٌ
"Para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian orang serupa, lalu orang yang serupa. Seorang akan diuji sesuai kadar agamanya; jika agamanya kuat, cobaannya pun semakin berat, namun jika lemah agamanya, maka akan diringankan cobaannya. Senantiasa cobaan itu menimpa seorang hamba, sehingga dia berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tidak memiliki dosa"²
Dari Aisyah radhiyallahu'anha berkata;
Bahwasannya, Rasulullah ﷺ saat menjelang wafatnya ada bejana kecil dari kulit yang berisi air di hadapannya, beliau memasukkan tangannya ke dalam bejana itu lalu membasuh wajahnya seraya berkata,
لا إله إلا الله، إن للموت سكرات
"Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat (pedih)".
Kemudian beliau menegakkan tangannya dan berkata, "Menuju Rafiqul A'la". Sampai akhirnya ruh beliau dicabut dan melemas tangannya.³
Dari Abu Sa'id Al-Khudzri radhiyallahu'anhu berkata;
Aku masuk menemui Nabi ﷺ ketika beliau sedang sakit. Aku meletakkan tanganku kepada beliau dan aku merasakan panasnya suhu badan beliau hingga tembus ke atas selimutnya. Aku berkata, "Ya Rasulullah, betapa berat sakit yang menimpa anda".
Beliau menjawab,
إنا كذلك يضعف لنا البلاء و يضعف لنا الأجر
"Sesungguhnya demikian keadaan kami (para nabi). Ujian dilipatgandakan bagi kami, dan pahalanya juga dilipatgandakan bagi kami".
Aku bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?" Beliau menjawab,
الأنبياء
"Para nabi".
Aku bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab,
الصالحون. إن كان ليبتلى بالفقر حتى ما يجد أحدهم إلا العباءة يحويها، وإن كان أحدهم ليفرح بالبلاء كما يفرح أحدكم بالرخاء
"Orang-orang shalih, Sungguh ada di antara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia kenakan. Sungguh salah seorang mereka itu, lebih bangga dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapatkan kelapangan"⁴.
Dari Abu Hayyan dari bapaknya berkata;
Mereka masuk menemui suwaid bin Syu'bah. Ketika beliau hanya bisa terbaring di atas kasurnya hingga seperti anakan burung (karena saking kurusnya). Istri beliau berseru kepadanya, "Apa yang hendak kamu makan? Apa yang hendak kamu minum?"
Beliau menjawabnya dengan suara lirih, "Tulang-tulang pinggul sudah mati dan terbaringku juga sudah lama. Namun, sugguh aku tidak berharap bilamana Allah mengurangi pahalanya walau hanya seujung kuku".⁵
Aisyah radhiyallahu'anhu berkata;
Aku belum pernah melihat sakit kepala yang menimpa seorang yang lebih berat daripada yang menimpa Rasulullah ﷺ.⁶.
11. Hendaknya dia mengetahui bahwasannya dirinya itu kepunyaan ( Allah ), ia tidak memiliki kuasa atas dirinya sedikitpun.7
Berkata seorang penyair;
صرت لهم عبدا ... و ما للعبد أن يعترض
"Daku menjadi hamba baginya, dan tiada hak bagi hamba untuk menentang"
12. Hendaknya dia mengingat keagungan Dzat yang memberi cobaan, kemudian menyadari bahwa ia tiada memiliki kuasa atas dirinya. Ia ucapkan, "Duhai jiwa, engkau telah lupa bahwasannya Allah telah membelimu. Bila kamu ridha terhadap perniagaan ini, maka tiada jalan bagimu untuk menentangnya.
13. Hendaknya dia mengetahui bahwa ujian ini terjadi sesuai keridhaan Allah dan kehendak-Nya. Maka sudah semestinya ia ridha terhadap apa yang Allah ta'ala ridhai.
14. Hendaknya ia cerca dirinya sendiri tatkala mulai berkeluh kesah. Ia ucapkan, "tidakkah kamu tahu bahwa ini pasti terjadi ?! Lalu mengapa kamu mengeluhkan hal yang sudah pasti terjadi ?!
Dari Abul Huwairits berkata; "Tatkala Rasulullah ﷺ ditimpa penyakit yang beliau wafat karenanya, tiba-tiba berkata kepada dirinya sendiri,
ما لك تلوذين كل ملاذ
"(Wahai jiwa) mengapakah kamu memohon perlindungan dengan segenap permohonan ?!"8
15. Hendaknya ia katakan kepada dirinya sendiri, "Ini hanyalah sesaat, kemudian akan berlalu seakan tidak pernah terjadi". Lalu hendaknya ia mengingat sakit-sakit yang pernah ia derita, bahkan rasa sakit yang memuncak, (bukankah) kemudian sakit itu hilang; seakan tidak pernah terjadi ?
Maka yang mestinya dilihat adalah akhir kesudahannya. Dan barangsiapa yang merenungkan akhir kesudahannya, niscaya musibah itu akan (terasa) ringan.
Dari Anas bin Malik berkata; Rasulullah ﷺ bersabda;
يُؤْتَى بأَنْعَمِ أهْلِ الدُّنْيا مِن أهْلِ النَّارِ يَومَ القِيامَةِ، فيُصْبَغُ في النَّارِ صَبْغَةً، ثُمَّ يُقالُ: يا ابْنَ آدَمَ، هلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ هلْ مَرَّ بكَ نَعِيمٌ قَطُّ؟ فيَقولُ: لا واللَّهِ يا رَبِّ، ويُؤْتَى بأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا في الدُّنْيا مِن أهْلِ الجَنَّةِ، فيُصْبَغُ صَبْغَةً في الجَنَّةِ، فيُقالُ له: يا ابْنَ آدَمَ، هلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ هلْ مَرَّ بكَ شِدَّةٌ قَطُّ؟ فيَقولُ: لا واللَّهِ يا رَبِّ، ما مَرَّ بي بُؤْسٌ قَطُّ، ولا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
"Di hari kiamat nanti akan didatangkan seorang yang paling nikmat hidupnya di dunia, namun dia tergolong penghuni neraka. Dia dicelupkan ke dalam neraka satu kali celupan, lalu ditanya, "Wahai anak Adam, pernahkah kamu melihat kebaikan ? Pernahkan kamu merasakan nikmat ?" Ia menjawab, "Demi Allah, tidak pernah wahai Rabbku".
Dan didatangkan pula seorang yang hidupnya paling susah di dunia, namun dia tergolong penghuni surga. Dia dicelupkan ke dalam surga satu kali celupan, lalu ditanya, "Wahai anak Adam, pernahkah kamu melihat kesusahan ? Pernahkah kamu merasakan kesulitan ?" Ia menjawab, "Demi Allah, tidak pernah wahai Rabbku. Aku tidak pernah merasakan susah dan tidak pernah melihat kesulitan".9
16. Hendaknya dia merenungkan kepindahannya menuju kenikmatan surga yang tiada putusnya. Aduhai.. apatah perbandingannya dengan musibah yang hanya sesaat ini ? Bahkan, apatah perbandingan umur dunia seutuhnya bila disandingkan dengan kelanggengan yang abadi ?
Untuk lebih memperjelas hal itu, kalaulah kita bandingkan seandainya Allah menutupi seluruh bagian langit dan bumi dengan biji-bijian, kemudian Allah menciptakan seekor burung lalu memerintahkannya untuk memindahkan biji-bijian itu setiap satu juta tahun satu biji, bukankah tergambarkan biji-bijian itu akan habis ? Maka (pahamilah) keabadian di surga itu tiada habisnya.
Barangsiapa yang merenungkan kelanggengan yang abadi, dirinya akan terus abadi berada dalam kenikmatan dengan keabadian sang Pencipta; dan keabadiaan-Nya itu tiada akan berhenti, tentulah dia akan menjadi bergembira dan melupakan segala rasa sakit yang diderita. Jikalau kematian adalah jalan menuju kenikmatan yang abadi itu, niscaya akan terasa ringan (musibahnya).
Dari Abu Sa'id Al-Khudzri radhiyallahu'anhu, dari Nabi ﷺ bersabda;
ينادى مُنادٍ : إنَّ لكم أن تَصِحُّوا فلا تسقَموا أبدًا ، و إنَّ لكم أن تحيوا فلا تموتوا أبدًا ، و إنَّ لكم أن تشِبُّوا فلا تهرَموا أبدًا ، و أنَّ لكم أن تنعَموا فلا تبْأسوا أبدًا
"Penyeru berkata (kepada penghuni surga), "Sesungguhnya kalian akan senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati selamanya. Sesungguhnya kalian akan akan senantiasa sehat dan tidak akan merasakan sakit selamanya. Sesungguhnya kalian akan senantiasa muda dan tidak akan menua selamanya. Sesungguhnya kalian akan terus bernikmat-nikmat dan tidak akan putus asa selamanya".10
Catatan:
1. Al-Musnad (6/15). Ibnul Jauzi menyebutkan sanad beliau sendiri dari Ibnul Hushain, dari Ibnul Mudzahhib, dari Muhammad bin Ja'far, dari Abdullah bin Ahmad...
2. Al-Musnad (1/172). Ibnul Jauzi menyebutkan sanad beliau sendiri dari jalur Hibatullah bin Muhammad, dari Al-Hasan bin Ali, dari Ahmad bin Ja'far, dari Abdullah bin Ahmad....
3. Al-Musnad (1/172).
4. Sunan Ibnu Majah (2/1334). Ibnul Jauzi menyebutkan sanad beliau sendiri dari jalur Muhammad bin Nashir, dari Ibnu Mashur Muhammad bin Al-Hasan Al-Muqawwi, dari Abul Qasim bin Abil Mundzir, dari Ali bin Ibrahim bin Salamah bin Nahr, dari Muhammad bin Yazid bin Majah....
5. Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sampai kepada Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari jalur Ibnu Nashir, dari Ibnu Siraj, dari Al-Hasan bin Ali, dari Ibnu Malik, dari Abdullah bin Ahmad....
6. HR. Bukhari 5646 dan Muslim 2570.
7. Hal itu akan kita rasakan dengan merenungi kalimat istirja' yang kita baca saat mendapatkan musibah.
إنا لله و إنا إليه راجعون
"Sesungguhnya kita semua milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali"
8. Thabaqat Ibnu Sa'ad ( 2 /257 ). Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri dengan jalur berikut;
أخبرنا محمد بن عبدالباقي البزار قال أخبرنا الجوهري قال أخبرنا ابن حيوية قال أخبرنا ابن معروف قال حدثنا الحارث قال حدثنا محمد بن سعد..... إلخ
9. Al-Musnad ( 3/203), juga dikeluarkan oleh Imam Muslim ( 4/2162). Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri dengan jalur berikut;
أخبرنا ابن الحصين قال أخبرنا ابن المذهب قال أخبرنا أحمد بن جعفر قال حدثنا عبد الله بن أحمد قال حدثني أبي..... إلخ
10. Al-Musnad ( 2/319). Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri dengan jalur berikut;
أخبرنا ابن الحصين قال أخبرنا ابن المذهب قال أخبرنا أحمد بن محمد قال أخبرنا عبد الله بن أحمد قال حدثني أبي..... إلخ
#TERJEMAH KITAB
Sumber:
https://t.me/RaudhatulAnwar1