Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian
Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt
Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,
PEMBAHASAN KEDUA
BERSEPAKATNYA AKAL DAN DALIL BAHWA DUNIA ADALAH TEMPATNYA UJIAN DAN COBAAN, TIADA YANG MENGINGKARI TERJADINYA MUSIBAH PADANYA
Siapa menanyakan kepada akal dan dalil tentang hakikat dunia, niscaya keduanya akan menjawab bahwa dunia itu tempatnya ujian dan cobaan; tiada yang bisa mengingkari akan terjadinya musibah padanya. Tidak ada kelezatan hakiki di dalamnya. Kelezatannya hanyalah sebatas kelegaan dari sesuatu yang menyakitkan.
Tujuan dari makan tiada lain melainkan menegakkan tulang punggung semata. Kemudian betapa banyak penyakit yang timbul setelahnya. Banyaknya bisa mengakibatkan obesitas. Dan sebagian makanan itu ada yang merusak pencernaan sehingga menimbulkan diare atau sembelit, sebagiannya ada yang semakin menambah lemak. Kelezatannya saat menyantapnya itu ibarat menerima uang suap.
Tujuan hubungan intim tiada lain hanya melangsungkan anak keturunan. Namun betapa banyak penyakit yang timbul karenanya. Minimalnya lemahnya kekuatan, letih tenaganya, dan menderita beragam kerusakan.
Ketika seorang mendapatkan kekasih, perasaan pun bersemi dengan indahnya. Namun, betapa cepat lenyap kenikmatan itu, disertai dengan buruknya pengaruh dosa. Minimalnya, perpisahan yang menusuk hati dan melumpuhkan badan.
Setiap apa yang disangka dari dunia berupa air minum, hakikatnya itu adalah fatamorgana. Bangunannya dengan kemegahan infrastukturnya akan berakhir dengan keruntuhan. Penghuninya pun akan pergi menuju Penciptanya.
Siapa yang menyelam ke dalam air yang dalam dia tidak akan mengeluh karena basah.¹ Sebagaimana pula orang yang berdiri di antara dua pasukan, tidak bebas dari kecemasan.
Namun yang mengherankan, ada orang memasukkan tangannya ke dalam sarang ular, kemudian dia mengingkari akan digigit.² Lebih mengherankan dari itu, siapa yang mencari penghalang bahaya di tempat yang sudah dipastikan berbahaya.³
Betapa indahnya apa yang diucapkan penyair,
طُبِعَت عَلى كدرٍ وَأَنتَ تُريدُها ... صَفواً مِنَ الأَقذاءِ وَالأَكدارِ
وَمُكَلِّف الأَيامِ ضِدَّ طِباعِها ... مُتَطَّلِب في الماءِ جَذوة نارِ
وَإِذا رَجَوتَ المُستَحيل فَإِنَّما ... تَبني الرَجاءَ عَلى شَفيرٍ هارِ
"Dunia diciptakan dalam keadaan keruh, namun kamu mengaharapkannya jernih dari kotoran dan kekeruhan. Orang yang memaksakan hari supaya menyelisihi tabiatnya, ibarat orang yang mencari bara api di dalam air. Jika kamu mengharapkan sesuatu yang mustahil, kamu seperti membangun harapanmu di tepian jurang yang runtuh."
Kalaulah dunia bukan tempatnya ujian dan cobaan, niscaya itu bukanlah tempatnya penyakit dan musibah. Tidak akan sempit kehidupan para nabi dan orang-orang pilihan. Namun, sungguh musibah-musibah itu melekat pada mereka sehingga mereka tiada merasa kelegaan padanya.
Nabi Adam merasakan berbagai ujian saat dikeluarkan (dari surga) ke dunia. Nabi Nuh menangis selama tiga ratus tahun.⁴ Nabi Ibrahim merasakan dibakar api dan (diuji) untuk menyembelih putranya. Nabi Ya'qub menangis hingga hilang penglihatannya. Nabi Musa merasakan penderitaan (kekejaman) Fir'aun serta menjumpai ujian dari (pembangkangan) kaumnya. Nabi Isa tiada mendapat tempat perlindung kecuali Allah, ia berada dalam kehidupan yang menghimpit. Nabi Muhammad ﷺ dengan sabar menghadapi kefakiran, dituduhnya istrinya berzina, dan terbunuhnya orang yang dicintainya (Hamzah bin Abdil Mutthalib).
Andaikan dunia diciptakan untuk kelezatan, niscaya tidak akan dikurangi bagian seorang mukmin padanya. Namun senyatanya, unta itu lebih banyak makan darinya dan burung lebih banyak bercinta darinya. Dan sungguh Nabi ﷺ telah bersabda,
الدنيا سجن المؤمن و جنة الكافر
"Dunia adalah penjaranya orang mukmin dan surganya orang kafir"⁵
Jika telah jelas bahwa dunia merupakan tempatnya ujian dan cobaan, sebagai penjara, maka tidak seharusnya untuk mengeluh saat ditimpa musibah.
Catatan:
1. Perumpamaan untuk siapa yang memahami akan adanya sesuatu yang tidak disukai, dia akan siap menghadapinya. Tidak mengeluhkan. Begitulah, ketika seorang memahami ujian dan cobaan sebuah keniscayaan dalam kehidupan dunia, maka dia akan siap menghadapinya tanpa mengeluhkan.
2. Perumpamaan untuk orang yang sudah mengerti kalau dunia tempatnya ujian dan cobaan namun dia tidak ridha dengan hal tersebut.
3. Maksudnya, kalau sudah jelas dunia tempat ujian dan cobaan, maka mustahil akan terhindar dari musibah atau penyakit yang menimpa.
4. Kisah Nabi Nuh yang menangis selama 300 tahun disebutkan oleh Imam As-Suyuthi dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur pada surat Hud ayat 46.
5. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 2/197, 323, 389, 485, Muslim 2956, dan Tirmidzi 2324
#TERJEMAH KITAB
Ikuti terus terjemahan kitab di chanel:
https://t.me/RaudhatulAnwar1