LANJUTAN PELIPUR LARA BUAT YANG SEDANG SAKIT
17. Hendaknya dia menganggap kecil sabar yang telah ia curahkan bila dibandingkan dengan keagungan Allah. Ibaratnya seperti orang yang menganggap kecil hadiah yang ia berikan kepada raja yang agung.
Dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma berkata;
Orang-orang Romawi menawan Abdullah bin Khudzafah As-Sahmi; salah seorang shahabat Rasulullah ﷺ. Kaisar Romawi berkata kepadanya, "Masuklah ke dalam agama Nasrani, atau bila tidak aku akan melemparkanmu ke dalam periuk tembaga (yang dipanaskan)". Abdullah bin Khudzafah menjawab, "Aku tidak akan melakukannya".
Kaisar pun meminta didatangkan periuk dari tembaga, kemudian diisi dengan minyak lalu dipanaskan hingga mendidih. Kaisar memanggil seseorang dari kaum muslimin, lalu menawarkan kepadanya untuk memasuki agama Nasrani namun ia menolak, maka Kaisar melemparkannya ke dalam periuk tembaga itu. Seketika tulang-tulangnya pun memisah dari daging-dagingnya.
Kaisar berkata lagi kepada Abdullah bin Khudzafah, "Masuklah ke dalam agama Nasrani, atau bila tidak aku akan melemparkanmu ke dalam periuk itu!" Abdullah menjawab, "Aku tidak akan melakukannya".
Kaisar memerintahkan bawahannya supaya melemparkan Abdullah ke dalam periuk tersebut. Mereka pun mulai memegangi Abdullah. Namun, Abdullah menangis. Merekapun berkata, "Dia telah takut. Dia menangis".
Kaisar berkata, "Kembalikan ia kepadaku!"
Abdullah bin Khudzafah As-Sahmi berkata, "Janganlah kalian mengira aku menangis karena takut. Tapi aku menangis karena nyawaku hanyalah satu dan akan habis bila disiksa karena Allah seperti ini, padahal aku ingin seandainya aku memiliki nyawa sejumlah rambutku lalu aku ditangkap dan disiksa seperti ini (dalam rangka mempertahankan agama Allah)".
Kaisar pun dibuat takjub olehnya. Ia ingin membebaskan Abdullah. Kaisar berkata, "Cium kepalaku! Maka aku akan membebaskanmu". Abdullah menjawab, "Aku tidak akan melakukannya".
Kaisar berkata, "Kalau begitu masuklah ke dalam agama Nasrani, maka aku akan menikahkanmu dengan putriku dan memberimu bagian dari kerajaanku". Abdullah menjawab, "Aku tidak akan melakukannya".
Kaisar berkata, "Kalau begitu ciumlah kepalaku, maka aku akan membebaskanmu dan juga delapan puluh orang dari kaum muslimin". Abdullah menjawab, "Kalau ini, maka saya bersedia".
Abdullah pun mencium kepala kaisar. Dan kaisar pun membebaskannya beserta delapan puluh orang dari kaum muslimin.
Katika mereka sampai di hadapan Umar bin Khattab, beliau berdiri menyambut Abdullah dan mencium kepalanya. Para shahabat Rasulullah ﷺ mencandai Abdullah dengan mengatakan, "Kamu mencium kepalanya orang kafir"¹
Hendaklah dia mengerti bahwa kesabaran dan penahanan diri ini hanyalah terjadi sesaat beberara waktu semata, kemudian akan hilang dari ingatan sehingga tidak lagi merasakan sakitnya.
Hendaknya ia menguatkan dirinya dengan mengatakan, "Ini hanyalah sebentar" kemudian dia menghadapi setiap musibah dengan pelipur-pelipur lara yang telah saya sebutkan. Jika seorang menyadari sedang terombang-ambing di dalam ombak, ia tidak akan terbebas dari meneguk air garam.²
Ketahuilah, bahwasannya siapa yang menjaga perintah-perintah Allah di masa sehatnya, niscaya Allah akan menjaganya di masa sulitnya. Rasulullah ﷺ bersabda;
احفظِ اللهَ يحفظْك ، احفظِ اللهَ تجدْه أمامَك ، تعرَّفْ إلى اللهِ في الرخاءِ يعرفُك في الشدَّةِ
"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan menemui-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu senangmu, niscaya Allah akan mengenalmu di masa sulitmu"³
Tidakkah kamu melihat tatkala Nabi Yunus 'alaihissalam terjatuh ke dalam kesulitan (ditelan oleh ikan), dan beliau memiliki amalan-amalan shalih yang telah dikerjakannya, ia pun ditolong dan selamat.
Namun, ketika Fir'aun tidak pernah melakukan amalan kebaikan, ia tidak mendapatkan tempat meminta pertolongan di masa sulitnya, bahkan dikatakan kepadanya, "Apakah baru sekarang kamu beriman, padahal kamu telah berbuat durhaka sebelumnya ?!".
Abdul Shamad Az-Zahid berkata menjelang wafatnya, "Wahai Tuhanku, untuk menghadapi kesulitan seperti inilah aku menyimpan amalan-amalan shalihku".⁴
Catatan:
1. Disebutkan oleh Ibnul Atsir dalam Asadul Ghabah ( 3/212), dan Adz-Dzahabi dalam Siyar A'lamin Nubala ( 2 / 14 ). Dan Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri dengan jalur berikut;
أنبأنا زاهر بن طاهر قال أنبأنا أبو بكر البيهقي قال حدثنا أبو نعيم عبد الملك بن محمد بن علي قال حدثنا صالح بن علي النوفلي قال حدثنا عبد الله بن محمد بن ربيعة قال عمر بن المغيرة عن عطاء بن عجلان عن عرمة عن ابن عباس... إلخ
2. Maksudnya, kalau seorang sudah menyadari kalau dunia itu tempatnya cobaan; tidak ada yang terbebas dari musibah maka dia tidak mengeluhkan musibah yang dideritanya.
3. HR. Timidzi 2516
4. Shifatus Shafwah ( 2 / 481 )
Sumber:
https://t.me/RaudhatulAnwar1