Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian
Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt
Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,
KISAH ORANG-ORANG YANG SABAR DAN RIDHA SAAT TERTIMPA MUSIBAH
Anas bin Malik berkata: Putra Abu Thalhah yang dari Ummu Sulaim meninggal dunia. Maka Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, "Kalian jangan bercerita kepada Abu Thalhah (perihal kematian) putranya. Biar aku sendiri yang menceritakannya".
Sesaat kemudian datanglah Abu Thalhah, lalu Ummu Sulaim menghidangkan untuknya makan malam. Abu Thalhah pun makan dan minum (sampai puas).
Ummu Sulaim lalu merias dirinya dengan dandanan istimewa yang belum pernah dia lakukan sebelumnya untuk melayani Abu Thalhah hingga terjadi hubungan.
Ketika Ummu Sulaim melihat Abu Thalhah telah puas dan nyaman, ia berkata, "Wahai Abu Thalhah, apa kiranya pendapatmu apabila ada suatu kaum yang menitipkan barang kepada suatu keluarga, kemudian kaum tersebut hendak mengambil barang titipan itu; apakah boleh bagi keluarga tersebut untuk menolaknya?"
"Tidak boleh" jawab Abu Thalhah.
Ummu Sulaim berkata, "Kalau begitu berharaplah pahala atas kematian putramu"¹
Dahulu Imran bin Hushain menderita sakit perut yang parah. (Saat beliau ditawari untuk berobat dengan pengobatan kay) beliau menjawab, "(Jangan lakukan!) Keadaan ini lebih aku sukai, dan itulah yang lebih dicintai oleh Allah".²
Berkata Alqamah tentang firman Allah Ta'ala,
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ
"Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya". Qs. At-Taghabun: 11.
"Yaitu musibah yang menimpa seorang, lalu dia mengetahui bahwasannya hal itu dari sisi Allah, maka dia pun menerimanya dan ridha terhadapnya".³
Berkata Siyar bin Salamah: aku masuk menemui Abul Aliyah di saat sakitnya yang mengantarkannya kepada kematian. Beliau mengatakan, "Keadaan ini yang lebih aku sukai itu adalah yang lebih dicintai oleh Allah".⁴
Berkata Tsabit: Abdullah bin Mutharrif meninggal dunia. Lalu Mutharrif keluar menemui kaumnya dengan memakai pakian yang bagus serta memakai wewangian. Orang-orang pun marah terhadapnya. Mereka mengatakan, "Abdullah meninggal dunia sementara dia malah keluar dengan pakaian bagus seperti ini serta memakai wewangian?!".
Mutharrif menjawab, "Apakah aku akan merendahkan diriku karena musibah ini? Padahal Allah telah menjanjikan untukku dengan tiga keutamaan. Setiap satu keutamaan itu lebih aku cintai daripada dunia dan seisinya.
Allah Ta'ala berfirman,
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَأُو۟لَٰٓئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَٰتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُهْتَدُونَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." Qs. Al-Baqarah 156-157.
Mutharrif mengatakan, "Tiadalah ada sesuatu yang Allah akan memberi gantinya nanti di akhirat meski seukuran satu teguk air, melainkan aku berharap hal tersebut diambil dariku saat di dunia".⁵
Tsabit Al-Bunani menceritakan, bahwasannya Shilah bin Usyaim suatu ketika bersama anaknya dalam sebuah peperangan. Shilah berkata, "Anakku, majulah dan berperanglah sehingga aku bisa berharap pahala di sisi Allah". Anaknya pun maju dan berperang hingga terbunuh. Kemudian shilah maju berperang hingga terbunuh juga.
Para wanita pun berkumpul di sisi istrinya Shilah; yaitu Mu'adzah. Maka Mu'adzah berkata, "Selamat datang! Jika kalian datang menemuiku untuk memberi selamat kepadaku maka aku akan menyambutnya. Namun, jika untuk selain itu, silakan pulang!".⁶
Umar bin Abdul Aziz berkata ketika putranya dan budaknya meninggal dunia, "Aku tidaklah suka mengandaikan ini tidak pernah terjadi, karena memang Allah ta'ala telah menghendakinya".
Catatan:
1. Al-Musnad 3/196. Ibnul Jauzi menyebutkan sanadnya sendiri hingga sampai Abdullah bin Ahmad melalui Ibnul Hushain dari Ibnul Mudzahhib dari Ahmad bin Ja'far dari Abdullah bin Ahmad.
Hadits Ummu Sulaim ini merupakan cerminan wanita shahabiyyah yang patut dijadikan teladan dalam kesabaran dan keridhaan. Beliau dengan tenang menghadapi kematian putranya, bahkan dengan sabar melayani suaminya hingga keadaan telah tenang, barulah beliau menceritakan kepada suaminya perihal kematian putranya. Itu pun beliau sampaikan dengan pendahuluan-pendahuluan yang mengandung pesan. Beliau mengawalinya dengan membuat permisalan dengan suatu kaum yang menitipkan barang titipan kepada suatu keluarga, ketika kaum tersebut hendak mengambil kembali barang titipannya, tentu tidak boleh bagi keluarga itu untuk menghalanginya.
Begitu juga anak, merupakan titipan dari Allah. Apabila Allah berkehendak mengambilnya, maka tidak pantas bagi keluarga itu untuk menahannya dan murka atas keputusannya.
2. Imran bin Al-Hushain merupakan shahabat yang mulia. Di antara keutamaan beliau adalah para Malaikat datang menyalaminya. Beliau pernah menderita sakit perut yang parah selama tiga puluh tahun. Setiap kali beliau ditawari untuk melakukan pengobatan kay; yaitu pengobatan dengan memanaskan besi kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit, beliau selalu menolaknya. Hingga suatu hari beliau mau melakukan pengobatan kay, maka para Malaikat yang semula datang menyalaminya tidak lagi datang. Beliau pun meninggalkan pengobatan kay, dan lebih memilih bersabar menahan sakitnya itu supaya para Malaikat kembali datang dan menyalaminya. Biografi beliau bisa dilihat di Siyar A'lamin Nubala (2/508)
3. Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (4/375).
4. Shifatus Shafwah 3/212.
5. Shifatus Shafwah 3/223
6. Kisah ini bisa dilihat pula dalam Siyar A'lamin Nubala 3/498 dalam biografi Shilah bin Usyaim.
#TERJEMAH KITAB
https://t.me/RaudhatulAnwar1