Pelipur Lara untuk Orang yang Ditinggal Mati Orang Tercintanya, untuk Orang yang Sedang Sakit Parah, dan untuk Orang yang Menghadapi Kematian
Judul Asli: الثبات عند الممات | Ats-Tsabāt 'Indal Mamāt
Karya: Al-Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Ali ( Ibnul Jauzi ) rahimahullah,
BAB KELIMA
TENTANG ORANG-ORANG YANG KOKOH MENJELANG KEMATIAN
Mereka terbagi menjadi beberapa golongan. Di antara mereka ada yang memandang bahwa mengeluhkan sesuatu yang sudah pasti terjadi tiada berguna, karenanya ia memilih bersabar.
Di antara mereka ada yang ingin disebut dengan kesabarannya dan dipuji atasnya. Sungguh, aku telah melihat sekolompok penjahat ketika dihukum mati mereka tidak berkeluh kesah. Konon, ketika Babak Khorramdin (salah satu aktivis pemberontakan iranianisasi terhadap daulah Abbasyiyyah) ditangkap untuk dihukum mati, sudaranya berkata kepadanya, "Kamu telah berbuat sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun, maka sabarlah dengan kesabaran yang tiada semisalnya seorang pun". Ia menjawab, "Kamu akan melihat kesabaranku". Ketika tangannya dipotong, ia mengambil darahnya lalu diusapkan ke wajahnya. Ketika ditanyakan hal itu kepadanya, ia menjawab, "Aku khawatir akan menguning wajahku sehingga dikiranya itu bentuk keluh kesah".
Di antara mereka ada yang bersabar supaya tidak dicela oleh musuh-musuhnya. Berkata Muawiyah bin Abi Sufyan menjelang wafatnya, dalam keadaan ia menahan dengan sabar;
و تجلدي للشاتمين أريهم ... أني لريب الدهر لا أتضعضع
و إذا المنية أنشبت أظفارها ... ألفيت كل تميمة لا تنفع
"Dan sikapku menahan dengan sabar di hadapan para pencela (dari musuh-musuhku) untuk kuperlihatkan kepada mereka bahwasannya aku tidaklah melemah di hadapan musibah yang menimpa (kematian). Bilamana kematian telah menancapkan kuku-kukunya, maka segala macam tamimah dibuat sekalipun tiada akan berguna".
Di antara mereka ada yang melihat pahala kesabaran maka merekapun bersabar dalam rangka mengharapkan pahala tersebut.
Di antara mereka ada yang lebih memilih kematian. Namun, mereka juga terbagi menjadi beberapa golongan. Di antara mereka adalah orang-orang yang terpengaruh filsafat yang terlaknat. Yaitu, mereka berpandangan bahwa ruh yang keluar dari jasadnya itu nanti akan kembali lagi pada keturunannya (reinkarnasi), sehingga mereka pun memilih kematian itu.
Sebagian kelompok bathiniyyah berkeyakinan bahwa bilamana seorang terbunuh karena zhalim maka dia masuk surga. Maka mereka memilih dibunuh, dan tidak mencemaskan kematian.
Di antara mereka ada sekelompok orang yang mengkhawatirkan fitnah menimpa dirinya sehingga mereka lebih memilih kematian. Sebagaimana dikatakan Abu Hurairah, "Siapa yang melihat ada yang menjual kematian maka belikanlah untukku".
Berkata 'Abidah, "Aku lebih menyukai kematian karena khawatir bila aku berbuat jahat terhadap diriku yang menjadi sebab kebinasaanku".
Di antara mereka ada yang terjatuh dalam kesalahan maka mereka memilih ditegakkan hukuman terhadap dirinya atas perbuatannya itu. Seperti yang dikatakan Abu Thalhah, "Ambillah dariku untuk Utsman sesuai yang anda ridhai". Dan sebagaimana Ma'iz yang menyerahkan dirinya untuk dihukum rajam.
Sebagian salaf ketika menjelang wafatnya berkata kepada dirinya sendiri, "Wahai jiwa, keluarlah! Sungguh, keluarmu lebih aku sukai daripada kamu terus menetap dalam tubuhku".
Di antara mereka ada sekolompok orang yang menyukai kematian karena rindu berjumpa dengan Allah, dan mereka mengetahui bahwa kematianlah jalan menuju terpenuhinya kerinduan itu.
Berkata Abu Darda, "Aku menyukai kematian karena rindu dengan tuhan-Ku". Berkata pula Rabi'ah Al-Adawiyah, "Sungguh, begitu lama berhari-hari kerinduanku untuk berjumpa dengan Allah".
Namun, ada juga beberapa kelompok orang yang berkeluh kesah saat menjelang wafatnya karena beberapa sebab. Di antaranya: lebih didominasi rasa takutnya, adakalanya karena dosa-dosanya, kurangnya dalam beramal, atau sebatas ketakutan yang mereka jumpai. Tetapi, mereka hendaknya untuk berprasangka baik dan berharap hingga datang kematian kepadanya.
#TERJEMAH Kitab
https://t.me/RaudhatulAnwar1