Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
ALLAH TINGGI DI ATAS ‘ARSY SEKALIGUS DEKAT DENGAN HAMBA-NYA
Kesembilan: Persaksian Nabi bahwa
seorang budak wanita yang ditanya di mana Allah, kemudian menjawab
Allah di atas langit sebagai wanita beriman.
Sesuai dengan hadits Mu’awiyah bin al-Hakam:
فَقَالَ
لَهَا: «أَيْنَ اللهُ؟»، قَالَتْ: فِي السَّمَاءِ. قَالَ: «مَنْ أَنَا؟»،
قَالَتْ: أَنْتَ رَسُولُ اللهِ. قَالَ: «أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤمِنَةٌ
“ Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wasallam bertanya kepadanya: Di mana Allah? Dia menjawab: di atas
langit. Rasul bertanya: Siapa saya? Wanita itu menjawab: engkau adalah
utusan Allah. Maka Nabi bersabda: ‘Bebaskan dia, karena dia adalah
seorang (wanita) beriman” (H.R Muslim).
Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh
Imam Asy-Syafi’i di dalam kitab al-‘Umm juz 5 halaman 298. Mengenai
periwayatan Imam Asy-Syafi’i tersebut Imam Abu Utsman Ash-Shoobuny
menyatakan di dalam kitabnya ‘Aqidatus Salaf Ashaabul Hadiits:
وإنما
احتج الشافعي رحمة الله عليه على المخالفين في قولهم بجواز إعتاق الرقبة
الكافرة بهذا الخبر ، لاعتقاده أن الله سبحانه فوق خلقه ، وفوق سبع سماواته
على عرشه ، كما معتقد المسلمين من أهل السنة والجماعة ، سلفهم وخلفهم ، إذ
كان رحمه الله لا يروي خبرا صحيحا ثم لا يقول به . وقد أخبرنا الحاكم أبو
عبد الله رحمه الله قال أنبأنا الإمام أبو الوليد حسان بن محمد الفقيه قال
حدثنا إبراهيم بن محمود قال سمعت الربيع بن سليمان يقول سمعت الشافعي رحمه
يقول : إذا رأيتموني أقول قولا وقد صح عن النبي صلى الله عليه وسلم خلافه
فاعلموا أن عقلي قد ذهب
Asy-Syafi’i –semoga rahmat Allah
atasnya- berhujjah terhadap para penentang yang menyatakan bolehnya
memerdekakan budak kafir dengan khabar (hadits) ini karena keyakinan
beliau bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta’ala di atas makhluk-makhlukNya, dan
di atas tujuh langit di atas ‘ArsyNya sebagaimana keyakinan kaum
muslimin Ahlussunnah wal Jama’ah baik yang terdahulu maupun kemudian,
karena beliau (Asy-Syafi’i) tidaklah meriwayatkan khabar (hadits) yang
shahih kemudian tidak berpendapat dengan (hadits) tersebut. Telah
mengkhabarkan kepada kami al-Haakim Abu Abdillah rahimahullah (dia
berkata) telah mengkhabarkan kepada kami Abul Waliid Hasaan bin Muhammad
al-Faqiih (dia berkata) telah memberitakan kepada kami Ibrahim bin
Mahmud dia berkata aku mendengar ArRabi’ bin Sulaiman berkata: Aku
mendengar Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: Jika kalian melihat aku
mengucapakan suatu ucapan sedangkan (hadits) yang shahih dari Nabi
shollallaahu ‘alaihi wasallam bertentangan dengannya, maka ketahuilah
bahwasanya akalku telah pergi.
Jika ada yang bertanya: Siapa Abu Utsman
Ash-Shobuuny sehingga dia bisa tahu maksud ucapan Imam Asy-Syafi’i?
Maka kita jawab: Abu Utsman Ash-Shoobuny adalah salah seorang ulama’
bermadzhab Asy-Syafi’i (sebagaimana dijelaskan oleh al-Hafidz
Adz-Dzahaby dalam Siyaar A’laamin Nubalaa’). Imam Al-Baihaqy menyatakan tentang Abu Utsman Ash-Shobuuny:
إمام المسلمين حقا، وشيخ الاسلام صدقا
“Imam kaum muslimin yang sebenarnya, dan Syaikhul Islam yang sejujurnya”(Lihat Siyaar A’laamin Nubalaa’ juz 18 halaman 41).
Kami kemukakan ucapan Imam al-Baihaqy di
sini karena para penentang Ahlussunnah banyak memanfaatkan
ketergeliciran Imam al-Baihaqy rahimahullah dalam memahami Asma’ Was-Sifat.
Kesepuluh: Penjelasan bahwa Allah ber-istiwa’ di atas ‘Arsy. Lafadz istiwa’ diikuti dengan penghubung على sehingga bermakna ‘tinggi di atas’ ‘Arsy.
Sebagaimana disebutkan dalam AlQur’an
pada 8 tempat pada surat: Al-A’raaf:54, Yunus: 3, Yusuf:100, Ar-Ra’d:2,
Thaha:5, al-Furqaan:59, As-Sajdah:4, al-Hadid:4.
Akidah Para Sahabat Nabi tentang Allah Berada di Atas
1) Abu Bakr as-Shiddiq radliyallaahu ‘anhu
Ketika Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam meninggal, Abu Bakr As-Shiddiq menyatakan:
أَيُّهَا
النَّاسُ ، إِنْ كَانَ مُحَمَّدٌ إِلَهَكُمَ الَّذِي تَعْبُدُونَ ،
فَإِنَّ إلَهَكُمْ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ ، وَإِنْ كَانَ إِلَهَكُمَ
الَّذِي فِي السَّمَاءِ ، فَإِنَّ إِلَهَكُمْ لَمْ يَمُتْ ، ثُمَّ تَلاَ :
{وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ،
أَفَإِنْ مَاتَ ، أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ} حَتَّى
خَتَمَ الآيَةَ
Wahai sekalian
manusia! Jika Muhammad adalah sesembahan kalian yang kalian sembah,
sesungguhnya sesembahan kalian telah mati. Jika sesembahan kalian adalah Yang
berada di atas langit, maka sesungguhnya sesembahan kalian tidak akan mati.
Kemudian Abu Bakr membaca firman Allah:“ dan tidaklah Muhammad kecuali seorang
Rasul, telah berlalu sebelumnya para Rasul. Apakah jika ia meninggal atau
terbunuh kalian akan berbalik ke belakang(murtad)…”(Q.S Ali Imran:144). Sampai
Abu Bakar menyelesaikan bacaan ayat tersebut”(diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah di dalam Mushonnafnya pada Bab Maa Ja-a fii wafaatin Nabi shollallaahu
‘alaihi wasallam nomor hadits 37021, al-Bazzar di dalam Musnadnya juz 1 halaman
183)
Riwayat perkataan Abu Bakr As-Shiddiq
tersebut adalah shahih. Abu Bakr bin Abi Syaibah meriwayatkan dari
Muhammad bin Fudhail dari ayahnya dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Semua
perawi tersebut (termasuk Abu Bakr bin Abi Syaibah yang merupakan guru
Imam al-Bukhari) adalah rijal (perawi) al-Bukhari.
2) Abdullah bin Mas’ud
Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud menyatakan:
ما
بين السماء الدنيا والتي تليها مسيرة خمسمائة عام ، وبين كل سماءين مسيرة
خمسمائة عام ، وبين السماء السابعة وبين الكرسي خمسمائة عام ، وبين الكرسي
إلى الماء خمسمائة عام ، والعرش على الماء ، والله تعالى فوق العرش ، وهو
يعلم ما أنتم عليه
Antara langit dunia dengan
(langit) berikutnya sejauh perjalanan 500 tahun, dan antara 2 langit
sejauh perjalanan 500 tahun, antara langit ke-7 dengan al-Kursiy 500
tahun, antara al-Kursiy dengan air 500 tahun, dan ‘Arsy di atas air, dan
Allah Ta’ala di atas ‘Arsy dalam keadaan Dia Maha Mengetahui apa yang
terjadi pada kalian” (diriwayatkan oleh Ad-Daarimi dalam kitab ArRaddu
‘alal Jahmiyyah bab Maa Bainas Samaa-id Dunya wallatii taliiha juz 1
halaman 38 riwayat nomor 34).
Riwayat perkataan Ibnu Mas’ud ini
shohih. AdDaarimi meriwayatkan dari jalur Musa bin Isma’il dari Hammad
bin Salamah dari ‘Ashim dari Zir (bin Hubaisy) dari Ibnu Mas’ud. Semua
perawinya adalah rijaal al-Bukhari.
3) Zainab bintu Jahsy
عَنْ
أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ زَيْنَبَ بِنت جَحْشٍ كَانَتْ تَفْخَرُ عَلَى
أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم تَقُولُ: «زَوَّجَكُنَّ
أَهَالِيكُنَّ وَزَوَّجَنِي اللهُ تَعَالَى مِنْ فَوْقِ سَبْعِ سماوات» وفي
لفظٍ: كانتْ تقولُ: «إِنَّ اللهَ أَنْكَحَنِي فِي السَّمَاءِ»
Dari Anas –semoga Allah meridlainya-
bahwa Zainab binti Jahsy berbangga terhadap istri-istri Nabi yang lain,
ia berkata: “Kalian dinikahkah oleh keluarga kalian sedangkan aku
dinikahkan oleh Allah dari atas tujuh langit”. Dalam lafadz lain beliau
berkata: Sesungguhnya Allah telah menikahkan aku di atas langit (H.R
al-Bukhari).
4) Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas)
Sahabat Nabi yang merupakan penterjemah
AlQur’an ini, ketika menafsirkan firman Allah tentang ucapan Iblis yang
akan mengepung manusia dari berbagai penjuru. Iblis menyatakan
sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam AlQur’an:
{ثُمَّ لآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ} [الأعراف: 17]
“Kemudian sungguh-sungguh aku
akan mendatangi mereka dari arah depan mereka, dan dari belakang mereka,
dan dari kanan dan kiri mereka” (Q.S al-A’raaf:17).
Abdullah bin Abbas menyatakan:
لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَقُوْلَ: مِنْ فَوْقِهِمْ؛ عَلِمَ أنَّ اللهَ مِنْ فَوْقِهِمْ
“ Iblis tidak bisa mengatakan :
(mendatangi mereka) dari atas mereka, karena dia tahu bahwa Allah berada
di atas mereka (diriwayatkan oleh AlLaa-likaa-i dalam Syarh Ushulis
Sunnah halaman 661 dengan sanad yang hasan).
5) Abdullah bin Umar
عن
زيدِ بنِ أَسْلَمٍ قالَ: مَرَّ ابنُ عمرُ براعٍ فقال: هلْ منْ جَزَرَةٍ؟
فقالَ: ليسَ هاهنا ربُّها، قالَ ابنُ عمر: تقولُ لهُ: أكلَهَا الذئبُ.
قالَ: فرفَعَ رأسَهُ إلى السَّماءِ وقالَ: فَأَيْنَ اللهُ؟ فقالَ ابنُ عمر:
أنا واللهُ أحقُّ أنْ أقولَ: أَيْنَ اللهُ؟ واشترى الراعي والغنمَ،
فأعتقهُ، وأعطاهُ الغنمَ
Dari Zaid bin Aslam beliau berkata:
Ibnu Umar melewati seorang penggembala (kambing), kemudian beliau
bertanya: apakah ada kambing yang bisa disembelih? Penggembala itu
menyatakan: Pemiliknya tidak ada di sini. Ibnu Umar menyatakan: Katakan
saja bahwa kambing tersebut telah dimangsa serigala. Kemudian
penggembala kambing tersebut menengadahkan pandangannya ke langit dan
berkata: Kalau demikian, di mana Allah? Maka Ibnu Umar berkata: Aku,
Demi Allah, lebih berhak untuk berkata: Di mana Allah? Sehingga kemudian
Ibnu Umar membeli penggembala dan kambingnya, memerdekakan penggembala
tersebut dan memberikan padanya satu kambing itu” (diriwayatkan oleh
Adz-Dzahaby dalam kitab al-‘Uluw halaman 860, dan Syaikh Muhammad
Nashiruddin menyatakan bahwa sanad hadist ini jayyid (baik)).
Allah Berada Di Atas ‘Arsy Namun Dia Dekat dengan HambaNya
Allah berada pada puncak ketinggian,
namun Dia dekat dengan hambaNya. Kedekatan tersebut karena Ilmu Allah
berada di mana-mana meliputi segala sesuatu. PendengaranNya meliputi
segala sesuatu. PenglihatanNya meliputi segala sesuatu. KekuasaanNya
meliputi segala sesuatu. RahmatNya meliputi segala sesuatu.
Rasakan kedekatan dengan Allah ini dalam
setiap saat. Dia akan senantiasa mengetahui gerak-gerik kita.
Bertakwalah kepadaNya di manapun kita berada. Karena sedetikpun dan
semili-pun kita tak akan bisa beranjak dari wilayah kekuasaan dan
IlmuNya.
يَسْتَخْفُونَ
مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ
يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah bersama mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan (Q.S anNisaa’:108)
Bagi orang beriman, berbahagialah. Karena Allah akan bersama orang yang bertakwa: mengokohkan keimanan dalam hatinya, memberi taufiq untuk beramal sholih, dan berbagai bentuk pertolongan dariNya.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan (Q.S anNahl:128).