Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Allah adalah As-Shomad
Allah adalah As-Shomad
Dalam kalimat di atas, al-Muzani juga menyatakan bahwa Allah adalah as-Shomad. As-Shomad adalah
salah satu Nama Allah yang mengandung lebih dari satu makna. Namun,
secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa as-Shomad adalah Yang Maha Sempurna dalam seluruh Sifat-Nya, dan seluruh makhluk sangat membutuhkanNya (tafsir surat al-Ikhlash dalam transkrip ceramah Syaikh Ibnu Utsaimin).
Allah Tidak Beristri dan Tidak Memiliki Anak
Al-Muzani menyatakan:
لَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَد
Tidak ada bagiNya istri maupun anak
Hal ini sesuai dengan al-Qur’an:
وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا
Dan sesungguhnya Maha Tinggi kemulyaan Tuhan kami. Dia tidak beristri tidak pula beranak (Q.S al-Jin:3)
Tidak Ada yang Semisal, Setara, atau Sebanding dengan Allah
Al-Muzani menyatakan:
جَلَّ عَنِ الْمَثِيْلِ فَلاَ شَبِيْهَ لَهُ وَلاَ عَدِيْلَ
Maha Mulya (jauh) dari yang semisal. Tidak ada yang serupa bagi-Nya maupun sebanding.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman:
…لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada yang semisal dengan-Nya suatu apapun, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S asy-Syuura:11)
Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat
Al-Muzani menyatakan:
السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Maha Mendengar, Maha Melihat
Allah Maha Mendengar. PendengaranNya meliputi segala bentuk suara selirih apapun.
Suatu hari datang seorang wanita yang bertemu dengan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan
berbincang-bincang tentang keadaan dirinya dan suaminya. Perbincangan
wanita tersebut didengar oleh Aisyah yang berada di ujung kamar. Namun
sebagian perbincangan tidak jelas terdengar. Ternyata, tidak berapa lama
kemudian Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menurunkan firmanNya dalam
surat al-Mujaadilah dari ayat pertama yang menunjukkan Allah mendengar
dengan jelas ucapan wanita itu dan kemudian menetapkan hukum untuk kasus
tersebut.
Maka Aisyah radhiyallaahu anha menyatakan :
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي وَسِعَ سَمْعُهُ الْأَصْوَاتَ لَقَدْ جَاءَتْ
الْمُجَادِلَةُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تُكَلِّمُهُ وَأَنَا فِي نَاحِيَةِ الْبَيْتِ مَا أَسْمَعُ مَا تَقُولُ
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي
تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
Segala puji bagi Allah yang
PendengaranNya meliputi suara-suara. Telah datang al-Mujaadilah (wanita
yang mendebat) kepada Nabi shollallaahu alaihi wasallam. Ia berbicara
kepada beliau sedangkan saya ada di sisi rumah. Tidak bisa aku dengan
apa yang dia ucapkan. Allah kemudian turunkan ayat: “Allah telah mendengar
ucapan wanita yang mendebatmu tentang suaminya(Q.S alMujaadilah ayat
1)… hingga akhir ayat (H.R Ahmad no 23064, shahih sesuai dengan syarat
Imam Muslim)
Allah Maha Mendengar suara kita meski
kita hanya bergumam atau berbisik, atau berbicara sendiri. Jika seluruh
manusia berkumpul di suatu tempat secara bersamaan menghaturkan
permohonan kepada Allah dengan berbagai bahasa, dialek, dan keinginan,
semuanya akan didengar oleh Allah tanpa bercampur aduk satu sama lain.
Semuanya terdengar dengan jelas dan mudah bagi Allah.
يَا
عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ
قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ
مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ
الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
Wahai hambaKu, kalau seandainya
kalian seluruhnya jin dan manusia, dari awal hingga akhir berdiri di
suatu tanah, kalian semuanya meminta kepadaKu, kemudian Aku beri setiap
orang permintaannya, tidaklah hal itu mengurangi milikKu, kecuali
sebagaimana berkurangnya air laut karena dicelupkan jarum padanya (H.R
Muslim no 4674)
Allah Maha Melihat segala sesuatu. Allah
bisa melihat jalannya seekor semut hitam kecil yang merayap di bebatuan
yang hitam pekat (dengan tingkat kehitaman yang sama antara warna semut
dengan batunya) di malam yang gelap gulita. Allah Maha Melihat aliran darah dalam tubuh kita, bahkan sel-sel/ partikel terkecil pada tubuh makhluk terkecil (faidah dari ceramah Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin al-Badr ketika menjelaskan Syarhus Sunnah lil Muzaniy)
Allah Maha Berilmu dan Maha Mengetahui Secara Detail
Al-Muzani menyatakan:
الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ
Dia (Allah) Yang Maha Berilmu lagi Maha Mengetahui secara detail
Al-Aliim adalah Maha Mengetahui segala sesuatu, sedangkan al-Khobiir memiliki makna lebih khusus yaitu Maha Mengetahui sesuatu yang: tersembunyi, detail, hakikat, dan akibatnya. Jika al-Lathiif digandengkan dengan al-Khobiir maka al-Lathiif untuk pengetahuan yang detail sedangkan al-Khobiir untuk pengetahuan terhadap hal-hal yang samar atau tersembunyi (Syarh Kitab atTauhid Shahih alBukhari transkrip ceramah Abdullah bin Muhammad al-Ghunaiyman).
Pengetahuan Allah meliputi segala waktu, tempat, dan keadaan.
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
…Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S al-Baqoroh:231)
Dalam dimensi waktu, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang :
- Belum terjadi
- Sedang terjadi
- Akan terjadi
- Tidak akan terjadi, bagaimana kalau terjadi.
Contoh sesuatu yang tidak akan terjadi,
bagaimana kalau terjadi adalah : permintaan orang kafir di neraka untuk
dikembalikan ke dunia untuk bertaubat dan menjadi orang yang shalih,
taat beribadah. Allah tahu bahwa itu tidak terjadi (orang kafir tidak
akan dikembalikan ke dunia). Allah juga tahu bagaimana kalau itu
terjadi, jika benar-benar dikembalikan ke dunia orang kafir itu akan
kembali menjadi kafir dan tidak akan mengerjakan sesuai permintaannya
sebelumnya.
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
… kalau seandainya mereka
dikembalikan, niscaya mereka akan kembali (melakukan) hal yang dilarang
terhadapnya, dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh pendusta (Q.S
al-An’aam:28).
Al-Aliim dan al-Khobiir adalah Nama Allah.
Allah Maha Mencegah dan Maha Tinggi
Al-Muzani menyatakan:
اْلمنِيْعُ الرَّفِيْعُ
Yang Maha Mencegah lagi Maha Tinggi
Al-Manii’ bukanlah Nama Allah.
Al-Imam al-Muzani dalam penyataannya ini sekedar mengkhabarkan tentang
Allah atau penafsiran terhadap salah satu sifat, bukan menyebutkannya
sebagai salah satu Nama Allah.
Maksud dari ‘Yang Maha Mencegah’ adalah :
- Maha Mencegah segala macam perbuatan buruk terhadapnya, sehingga tidak akan bisa sedikitpun mengenaiNya sehingga Dia adalah Mulya, tidak hina. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi:
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي
Wahai hambaKu, sesungguhnya kalian
tidak akan bisa menyampaikan kemudharatan kepadaKu hingga memudharatkan
Aku…(H.R Muslim no 4674)
- Maha Mencegah perbuatan buruk terhadap hamba-hambaNya yang dalam perlindungan Allah.
- Maha Mencegah atau menahan rezeki bagi seseorang sesuai dengan hikmah dan keadilanNya.
Salah satu bacaan dzikir selesai sholat yang dicontohkan Nabi adalah:
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا
أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ
مِنْكَ الْجَدُّ
Tidak ada sesembahan (yang haq)
kecuali Allah satu-satunya tidak ada sekutu bagiNya. Bagi-Nyalah
kerajaan dan pujian. Dan Dia Maha berkuasa di atas segala sesuatu . Ya
Allah, Tidak ada yang bisa mencegah apa yang engkau beri, dan tidak ada
yang bisa memberi apa yang Engkau cegah. Tidaklah akan bermanfaat orang
yang memiliki kedudukan dan bagian yang baik, dariMulah kedudukan dan
bagian yang baik (H.R alBukhari dan Muslim).
arRafii’ adalah Yang Maha Tinggi
lagi Meninggikan (kedudukan) orang-orang yang dikehendakiNya. Menjadi
tinggi orang yang ditinggikanNya, dan menjadi rendah orang yang
direndahkanNya.
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ…
Dialah Yang Maha Tinggi DerajatNya, Yang memiliki ‘Arsy….(Q.S Ghafir/Mu’min:15).
…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ…
…Allah tinggikan orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang berilmu beberapa derajat…(Q.S al-Mujaadilah ayat 11).
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Sesungguhnya Allah mengangkat suatu
kaum dengan (sebab) Kitab ini (al-Qur’an) dan merendahkan dengan
(sebab)nya kaum yang lain… (H.R Muslim no 1353).