Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
PUJIAN DAN SANJUNGAN KEPADA ALLAH
Al-Muzani rahimahullah menyatakan:
الْحَمْدُ
لِلّهِ أَحَقُّ مَنْ ذُكِرَ وَأَوْلَى مَنْ شُكِرَ وَعَلَيْهِ أُثْنِي
الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَد جَلَّ
عَنِ الْمَثِيْلِ فَلاَ شَبِيْهَ لَهُ وَلاَ عَدِيْلَ السَّمِيْعُ
الْبَصِيْرُ الْعَلِيْمُ الْخَبِيْرُ اْلمنِيْعُ الرَّفِيْعُ
Segala puji bagi Allah, Dzat Yang Paling
berhak untuk diingat, Yang Paling Utama untuk disyukuri. Kepada-Nyalah
aku memuji. Yang Maha Tunggal, Tempat bergantung (seluruh makhluk), Yang
tidak memiliki istri maupun anak. Maha Mulya (jauh) dari yang semisal.
Tidak ada yang serupa bagi-Nya maupun sebanding. Maha Mendengar, Maha
Melihat, Maha Berilmu, Maha Mengetahui secara detail. Maha Mencegah dan
Yang Maha Tinggi.
PENJELASAN:
Allah terpuji di dunia dan di akhirat. Allah terpuji dalam segenap keadaan.
وَهُوَ اللهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ لَهُ اْلحَمْدُ فِي اْلأُوْلَى وَاْلآخِرَةِ وَلَهُ اْلحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
“ Dan Dialah Allah Yang tidak ada
sesembahan yang haq kecuali Dia, bagiNya pujian di dunia dan di akhirat,
dan hanya milikNyalah keputusan hukum, dan kepadaNya kalian semua akan
dikembalikan “(Q.S Al-Qoshos : 70)
عَنْ
عَائِشَةَ أُمِّ اْلمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاهُ اْلأَمْرُ
يَسُرُّهُ قَالَ اْلحَمْدُ ِللهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ
الصَّالِحَاتِ وَإِذَا أَتَاهُ اْلأَمْرُ يَكْرَهُهُ قَالَ اْلحَمْدُ ِللهِ
عَلَى كُلِّ حَالٍ
“ Dari ‘Aisyah Ummul Mu’minin – semoga
Allah meridlai beliau – beliau berkata : Adalah Rasulullah shollallaahu
‘alaihi wasallam jika ditimpa keadaan yang menyenangkan, beliau berkata :
Alhamdulillah alladzii bi ni’matihii tatimmus shoolihaat (Segala puji
bagi Allah yang dengan kenikmatan dariNya kebaikan-kebaikan menjadi
sempurna). Sedangkan jika beliau ditimpa sesuatu yang tidak
disenanginya, beliau mengucapkan : Alhamdulillah ala kulli haal (Segala
puji bagi Allah dalam segenap keadaan)”(H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh
al-Hakim dan al-Albany dalam as-Shahihah (no 265)).
Tidak ada sesuatu hal yang paling dicintai oleh Allah selain pujian untukNya. Dinyatakan dalam hadits:
وَمَا مِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْحَمْدِ
Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain pujian (untukNya)(H.R Abu Ya’la, dihasankan oleh Syaikh al-Albany).
Karena itu, bentuk dzikir yang berupa
pujian dan tauhid (Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin) mengandung pahala
yang lebih besar. Dalam sebuah hadits dinyatakan:
إِنَّ
اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ الْكَلَامِ أَرْبَعًا سُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
فَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِشْرِينَ حَسَنَةً
أَوْ حَطَّ عَنْهُ عِشْرِينَ سَيِّئَةً وَمَنْ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ
فَمِثْلُ ذَلِكَ وَمَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمِثْلُ ذَلِكَ
وَمَنْ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ
كُتِبَتْ لَهُ ثَلَاثُونَ حَسَنَةً وَحُطَّ عَنْهُ ثَلَاثُونَ سَيِّئَةً
Sesungguhnya Allah memilih 4 ucapan :
Subhaanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah),
Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada sesembahan yang haq selain Allah),
Allaahu Akbar (Allah Maha Besar). Barangsiapa yang mengucapkan:
Subhaanallah, Allah tulis baginya 20 kebaikan atau dihapus darinya 20
keburukan. Barangsiapa yang mengucapkan Allaahu Akbar, maka juga
terhitung demikian. Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah,
maka juga terhitung demikian. Barangsiapa yang mengucapkan
Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin sungguh tulus dalam jiwanya, tercatat
untuknya 30 kebaikan dan dihapuskan baginya 30 keburukan (H.R anNasaai,
Ahmad, dishahihkan oleh al-Hakim dan al-Albany).
Allahlah yang Paling Berhak untuk Diingat
Al-Muzani menyatakan: Segala puji bagi Allah, (Dzat) Yang Paling berhak untuk diingat…
Seharusnya, Allah adalah yang paling kita ingat selalu. Namun, kelemahan iman menyebabkan kita sering melupakan Allah. Karena itu, untuk mengingat-Nya kita butuh pertolongan-Nya. Nabi mengajarkan doa yang dibaca setelah tahiyyat sebelum salam:
Seharusnya, Allah adalah yang paling kita ingat selalu. Namun, kelemahan iman menyebabkan kita sering melupakan Allah. Karena itu, untuk mengingat-Nya kita butuh pertolongan-Nya. Nabi mengajarkan doa yang dibaca setelah tahiyyat sebelum salam:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Allah, tolonglah saya untuk
mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan mempersembahkan ibadah terbaik
untukMu (H.R Abu Dawud, anNasaai, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban dan al-Albany)
Tidak ada suatu ibadah yang secara
eksplisit Allah perintahkan dalam al-Quran untuk diperbanyak tanpa
batasan tertentu selain dzikir (mengingat Allah).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (mengingat Allah) dengan dzikir yang banyak (Q.S al-Ahzab : 41)
Jika seseorang duduk di suatu tempat
atau berbaring dan sepanjang itu sedetikpun tidak mengingat Allah, hal
itu akan menjadi kekurangan dan penyesalan baginya pada hari kiamat.
مَنْ
قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ
اللَّهِ تِرَةٌ وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَا يَذْكُرُ اللَّهَ فِيهِ
كَانَتْ عَلَيْهِ مِنْ اللَّهِ تِرَةٌ
Barangsiapa yang duduk di suatu tempat
duduk, tidak mengingat Allah di tempat itu, maka akan menjadi ‘tiroh’
(kekurangan/ penyesalan), dan barangsiapa yang berbaring di suatu
pembaringan tidak mengingat Allah padanya, akan menjadi ‘tiroh’ baginya
(H.R Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Hakim, disepakati keshahihannya oleh
adz-Dzahaby)
Sekedar berbaringpun, jangan lupakan
Allah. Jangan lupakan berdzikir kepada Allah. Ada suatu dzikir yang jika
diucapkan ketika seseorang berbaring pada pembaringannya, Allah akan
ampuni dosa-dosanya yang kecil, meski sebanyak buih di lautan. Dzikir
itu adalah:
لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاللَّهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
Tidak ada sesembahan yang haq kecuali
Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagiNya. MilikNya lah Kerajaan dan
pujian, dan Dia Maha berkuasa di atas segala sesuatu. Tidak ada upaya
dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Maha Suci Allah dan segala
puji bagiNya. Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia. Dialah Yang
Terbesar (H.R Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan dishahihkan Syaikh
al-Albany dalam as-Shahihah no 3414).
Barangsiapa yang mengingat Allah, Allah
akan mengingatnya. Jika Allah mengingat seseorang, maka itu adalah suatu
anugerah yang terbesar.
…فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ…
… maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian…(Q.S al-Baqoroh:152)
…أَنَا
عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ
ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي
مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ…
Aku sesuai persangkaan hambaKu
terhadapKu. Aku bersamanya ketika ia mengingatku. Jika ia mengingatKu
dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia mengingatKu pada
sekumpulan (orang), niscaya Aku akan mengingatnya di kumpulan (makhluk)
yang lebih baik dari mereka…(H.R alBukhari no 6856 dan Muslim no 4832
dan 4851).
Sholat memiliki faedah dan manfaat yang
sangat berlimpah. Di antaranya adalah mencegah dari perbuatan keji dan
munkar. Namun, manfaat tersebut masih kalah dengan manfaat satu lagi
yaitu: Allah akan mengingat hamba itu ketika ia benar-benar mengingat
Allah dalam sholatnya.
…وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ…
dan tegakkanlah sholat sesungguhnya
sholat mencegah dari perbuatan keji dan munkar, dan Allah mengingat
kalian adalah lebih besar (manfaat dan keutamaannya) (Q.S
al-Ankabuut:45)
Banyak berdzikir akan menyebabkan seseorang mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan
…وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
…dan banyaklah berdzikir (mengingat Allah) agar kalian beruntung (Q.S al-Anfaal:45 dan al-Jumu’ah: 10)
Allahlah Paling Berhak untuk Disyukuri
Al-Muzani menyatakan : dan Dia (Allah) Yang Paling Utama untuk disyukuri…
Jika ada pihak yang paling berjasa, paling berbuat baik dalam kehidupan kita, maka Ia adalah Allah. Darinyalah sumber segala kenikmatan, manfaat, rezeki, atau kebaikan yang kita terima.
Jika ada pihak yang paling berjasa, paling berbuat baik dalam kehidupan kita, maka Ia adalah Allah. Darinyalah sumber segala kenikmatan, manfaat, rezeki, atau kebaikan yang kita terima.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Apa saja nikmat yang kalian dapatkan, maka itu dari Allah (Q.S anNahl:53)
Seseorang dikatakan bersyukur jika ia melakukan 4 hal:
1. Mengakui nikmat tersebut. Ia mengakui bahwa itu adalah nikmat dari Allah, tidak didapatkannya berkat keahliannya, namun karena pertolongan dan pemberian Allah.
2. Memuji Allah.
Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyatakan: “Ucapan Alhamdulillah adalah kalimat yang diucapkan oleh seluruh orang yang bersyukur” (Tafsir Ibnu Katsir (1/128)).
1. Mengakui nikmat tersebut. Ia mengakui bahwa itu adalah nikmat dari Allah, tidak didapatkannya berkat keahliannya, namun karena pertolongan dan pemberian Allah.
2. Memuji Allah.
Sahabat Nabi Ibnu Abbas menyatakan: “Ucapan Alhamdulillah adalah kalimat yang diucapkan oleh seluruh orang yang bersyukur” (Tafsir Ibnu Katsir (1/128)).
إِنَّ
اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ
عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah sungguh ridha kepada
seorang hamba yang makan suatu makanan kemudian memuji Allah atasnya,
atau meminum suatu minuman kemudian memuji Allah atasnya (H.R Muslim no
4915)
3. Tunduk dan mencintai Allah.
4. Menjalankan ketaatan kepada Allah sebagai perwujudan syukur. Ia gunakan nikmat pemberian Allah untuk mentaatiNya, tidak untuk bermaksiat kepadaNya.
(disarikan dari Madaarijus Saalikin karya Ibnul Qoyyim (2/247)).
4. Menjalankan ketaatan kepada Allah sebagai perwujudan syukur. Ia gunakan nikmat pemberian Allah untuk mentaatiNya, tidak untuk bermaksiat kepadaNya.
(disarikan dari Madaarijus Saalikin karya Ibnul Qoyyim (2/247)).
Allah tidak akan mengadzab seseorang yang beriman dan bersyukur kepadaNya:
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآَمَنْتُمْ …
Mengapa Allah menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman?…(Q.S anNisaa’:147).
Allah Maha Tunggal
Al-Muzani menyatakan: Dialah Allah Yang Maha Tunggal.
Al-Waahid dan al-Ahad adalah dua Nama Allah yang bermakna ‘Maha Tunggal/ Esa’.
Al-Muzani menyatakan: Dialah Allah Yang Maha Tunggal.
Al-Waahid dan al-Ahad adalah dua Nama Allah yang bermakna ‘Maha Tunggal/ Esa’.
…قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
…katakanlah Allah adalah Pencipta segala
sesuatu dan Dia adalah Yang Maha Tunggal (al-Waahid) lagi Maha Perkasa
(Q.S ar-Ra’d:16).
قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنْذِرٌ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Katakanlah bahwa aku hanyalah pemberi
peringatan. Tidak ada sesembahan (yang haq) kecuali Allah Yang Maha
Tunggal lagi Maha Perkasa (Q.S Shaad:65).
Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah memiliki Nama al-Waahid
adalah dalam surat Yuusuf:39, Ibrahim:48, az-Zumar:4, Ghafir:16.
Sedangkan Nama Ahad, ada dalam ayat:
Sedangkan Nama Ahad, ada dalam ayat:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah : Dia Allah Yang Maha Tunggal (Q.S al-Ikhlash:1)
Nama Allah al-Waahid dan al-Ahad disebutkan dalam satu hadits. Suatu
hari Rasulullah shollallahu alaihi wasallam masuk ke dalam masjid. Di
dalamnya terdapat seorang laki-laki yang sholat, kemudian dalam
tasyahhud ia bertawassul dengan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah dalam
doanya:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ
الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kepadaMu Ya Allah bahwa Engkau adalah al-Waahid al-Ahad as-Shomad Yang
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tidak ada sesuatupun yang setara
denganNya agar Engkau mengampuni dosa-dosaku Sesungguhnya Engkau Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Setelah mendengar hal itu Nabi menyatakan tiga kali:
قَدْ غُفِرَ لَهُ
Ia telah diampuni…(H.R anNasaai no 1284 dan Ahmad no 18206, dishahihkan Syaikh al-Albany)sumber: http://salafy.or.id/blog/2013/05/21/penjelasan-syarhus-sunnah-lil-muzani-bag-ke-2-a/