
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Ucapan Insya Allah
arti secara bahasa adalah: “jika Allah menghendaki”.
Seorang muslim
mengucapkan ucapan ini ketika berjanji atau berencana mengerjakan suatu hal di
waktu yang akan datang. Ia mengucapkan InsyaAllah karena ia tidak tahu apakah
hal yang akan dikerjakannya itu akan benar-benar terjadi atau tidak. Karena
semua hal terjadi atau tidak terjadi adalah atas kehendak Allah, berdasarkan
taqdir Allah. Ucapan InsyaAllah juga mengandung doa isti’anah (minta
pertolongan) kepada Allah agar dimudahkan mengerjakan suatu hal itu.
Ada beberapa contoh kejadian yang pernah dialami oleh para Nabi, ketika mereka tidak mengucapkan InsyaAllah dalam mengucapkan sesuatu yang akan terjadi atau menjanjikan sesuatu, Allah tegur mereka. Sebaliknya, saat mereka mengucapkan InsyaAllah, Allah beri mereka kemudahan dan hasil akhir yang baik.
Dan adapula kejadian saat seorang Nabi mengucapkan InsyaAllah, namun dengan takdir Allah sesuatu itu tidak terjadi.
Contoh pertama:
kejadian yang dialami Nabi Sulaiman alaihissalaam.
Nabi Sulaiman pernah bersumpah, bahwa dalam satu malam beliau akan menggilir (untuk berhubungan badan) dengan sekian puluh istrinya (sebagian riwayat menyatakan 100 atau 99, sebagian lagi 90, sebagian lagi menyatakan 70, sebagian lagi menyatakan 60), dan hasilnya semua istri itu akan melahirkan anak-anak tangguh menjadi pasukan yang akan berjihad di jalan Allah. Satu Malaikat mengingatkan agar beliau mengucapkan InsyaAllah. Namun, qoddarallah Nabi Sulaiman tidak mengucapkannya. Hingga akhirnya ketika Nabi Sulaiman melakukan hal itu ternyata yang hamil hanya satu istri dan itupun melahirkan setengah manusia. Hal ini disebutkan dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim.
Nabi Sulaiman pernah bersumpah, bahwa dalam satu malam beliau akan menggilir (untuk berhubungan badan) dengan sekian puluh istrinya (sebagian riwayat menyatakan 100 atau 99, sebagian lagi 90, sebagian lagi menyatakan 70, sebagian lagi menyatakan 60), dan hasilnya semua istri itu akan melahirkan anak-anak tangguh menjadi pasukan yang akan berjihad di jalan Allah. Satu Malaikat mengingatkan agar beliau mengucapkan InsyaAllah. Namun, qoddarallah Nabi Sulaiman tidak mengucapkannya. Hingga akhirnya ketika Nabi Sulaiman melakukan hal itu ternyata yang hamil hanya satu istri dan itupun melahirkan setengah manusia. Hal ini disebutkan dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim.
قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ
دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَام لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ بِمِائَةِ امْرَأَةٍ
تَلِدُ كُلُّ امْرَأَةٍ غُلَامًا يُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ
الْمَلَكُ قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَلَمْ يَقُلْ وَنَسِيَ فَأَطَافَ بِهِنَّ
وَلَمْ تَلِدْ مِنْهُنَّ إِلَّا امْرَأَةٌ نِصْفَ إِنْسَانٍ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمْ يَحْنَثْ
وَكَانَ أَرْجَى لِحَاجَتِهِ
Sulaiman bin Dawud
alaihimassalaam berkata: Sungguh aku akan berkeliling (menggilir) 100 istriku
malam ini, sehingga tiap wanita akan melahirkan anak yang akan berjihad di
jalan Allah. Kemudian satu Malaikat mengucapkan kepada beliau: Ucapkan Insya
Allah. Tapi Nabi Sulaiman tidak mengucapkan dan lupa. Kemudian beliau
berkeliling pada istri-istrinya, hasil selanjutnya tidak ada yang melahirkan
anak kecuali satu orang wanita yang melahirkan setengah manusia. Nabi Muhammad
shollallahu alaihi wasallam bersabda: Kalau Nabi Sulaiman mengucapkan Insya
Allah, niscaya beliau tidak melanggar sumpahnya, dan lebih diharapkan hajatnya
terpenuhi (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lafadz hadits sesuai
riwayat al-Bukhari).
Dalam hadits ini
terkandung beberapa faidah penting bahwa ucapan InsyaAllah jika disebutkan
dalam sumpah, kemudian ternyata tidak tercapai, maka orang itu tidak dianggap
melanggar sumpah. Faidah berikutnya, ucapan InsyaAllah adalah memudahkan agar
hajat terpenuhi.
Karena itu Allah
berikan bimbingan adab kepada Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam agar
janganlah beliau mengucapkan: Aku akan melakukan ini besok. Dengan memastikan.
Kecuali jika beliau mengucapkan InsyaAllah.
وَلَا تَقُولَنَّ
لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (23) إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ
رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا
رَشَدًا (24)
Dan janganlah
sekali-kali engkau mengucapkan : Sesungguhnya aku akan melakukan hal itu besok.
Kecuali (dengan mengucapkan) InsyaAllah. Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau
lupa. Dan Ucapkanlah: Semoga Tuhanku memberikan petunjuk pada jalan terdekat
menuju hidayah (Q.S al-Kahfi ayat 23-24).
al-Hafidz Ibnu Katsir
rahimahullah menyatakan: Ini adalah petunjuk dari Allah kepada Rasul-Nya
–semoga sholawat Allah dan keselamatan dari Allah kepada beliau- kepada adab.
Yaitu jika beliau telah memiliki tekad untuk mengerjakan sesuatu di masa yang
akan datang, hendaknya mengembalikan hal itu kepada Masyi-ah (Kehendak) Allah
Azza Wa Jalla, Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Yang Maha Mengetahui
apa yang telah terjadi, apa yang sedang/akan terjadi, dan apa yang tidak
terjadi, bagaimana kalau terjadi (Tafsir Ibn Katsir)
Contoh Kedua: kejadian
yang terjadi pada Nabi Ismail.
Saat beliau
diberitahukan oleh ayahnya bahwa ayahnya mendapat wahyu melalui mimpi untuk
menyembelih beliau, Nabi Ismail menyatakan:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Wahai ayahku,
lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, niscaya engkau akan dapati aku
InsyaAllah termasuk orang-orang yang sabar (Q.S as-Shooffaat 102)
Nabi Ismail pasrah
kepada Allah dan menyatakan: InsyaAllah engkau akan dapati aku termasuk orang
yang sabar. Akibatnya, Allah beri hasil akhir yang baik. Beliau tidak jadi
menjadi obyek yang disembelih. Namun diganti dengan kambing.
Contoh Ketiga:
kejadian yang terjadi pada Nabi Musa.
Saat bertemu Khidhr,
Nabi Musa ingin mengambil ilmu darinya. Nabi Musa juga berjanji dengan
mengucapkan InsyaAllah bahwa beliau akan berusaha sabar tidak akan
bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Khidhr, namun qoddarollah hal itu
tidak tercapai.
قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا
Nabi Musa berkata :
Engkau akan mendapati aku insyaAllah sebagai orang yang sabar dan tidak akan
bermaksiat terhadap perintahmu (Q.S al-Kahfi ayat 69)
Namun di akhir kisah,
ternyata Nabi Musa tidak bisa bersabar hingga 3 kali. Kemudian Khidhr
menyatakan:
ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا
لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Demikianlah penjelasan
dari hal-hal yang engkau tidak mampu bersikap sabar (Q.S al-Kahfi ayat 82)
Ini menunjukkan bahwa
atas takdir Allah kadangkala meski seorang sudah berupaya dan sebelumnya
mengucapkan InsyaAllah, tidak terjadi yang diharapkannya. Namun, ia harus yakin
bahwa segala yang ditakdirkan Allah adalah baik untuknya.
Dari 3 kisah Nabi di
atas, kita bisa mengambil faidah, bahwa hendaknya jika akan berjanji kita
mengucapkan InsyaAllah dengan harapan Allah akan menolong kita mendapatkan yang
diinginkan. Namun jika ada teman kita yang mengucapkan InsyaAllah dalam
janjinya kemudian tidak terpenuhi, kita berhusnudzdzhon bahwa itu memang atas
takdir Allah dan ia telah berusaha memenuhinya. Dan ucapan InsyaAllah tidak
pantas untuk dijadikan tameng oleh seorang muslim guna bermalas-malasan atau
sudah ada niatan untuk menyelisihinya. Baarakallaahu fiikum.