ูุนَْู ุฃุจِู ُูุฑَْูุฑَุฉَ ุฑَุถَِู ุงَُّููู ุนَُْูู ุฃَّู ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ๏ทบ ูุงَู: «ุฃุชَุฏْุฑَُูู ู
ุง ุงูุบِูุจَุฉُ؟»
ูุงُููุง: ุงَُّููู ูุฑَุณُُُููู ุฃุนَْูู
ُ.
ูุงَู: «ุฐِْูุฑَُู ุฃุฎุงَู ุจِู
ุง َْููุฑَُู».
َِููู: ุฃุฑَุฃْูุชَ ุฅْู ูุงَู ِูู ุฃุฎِู ู
ุง ุฃُُููู؟
ูุงَู: «ุฅْู ูุงَู ِِููู ู
ุง ุชَُُููู ََููุฏْ ุงِุบْุชَุจْุชَُู، ูุฅْู َูู
ْ َُْููู ََููุฏْ ุจََูุชَُّู». ุฃุฎْุฑَุฌَُู ู
ُุณِْูู
ٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ๏ทบ bersabda,
“Tahukah kalian apa ghibah itu?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Beliau menjawab, “Ghibah adalah kamu menyebut-nyebut tentang saudaramu yang tidak dia sukai.”
Beliau pun ditanya, “Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?”
Beliau menjawab, “Jika sesuai yang kamu katakan, maka kamu telah mengghibahnya; jika tidak ada pada diri saudaramu, maka kamu telah membuat kebohongan atasnya.”
H.R. Muslim [2589].
————————————————————————
๐ Petikan Pelajaran dari Hadits
1. Ghibah adalah akhlak tercela.
Seorang muslim harus sungguh-sungguh menjaga diri darinya. Sebab wujud ghibah kadang tertutupi oleh keseruan obrolan.
Syaikh al-Fauzan hafizhahullah mengingatkan, “Banyak orang tidak hati-hati dalam permasalahan ghibah. Yang ada, sangat banyak obrolan yang penuh dengan ghibah dan orang-orangnya bersenang-senang dengan menjatuhkan kehormatan manusia. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Inilah realita ghibah dan bukti bahayanya.”
Ithaful Kiram, hlm. 173.
2. Hukum ghibah adalah haram bahkan dosa besar, karena itu, tidak boleh mendengarkan atau membiarkannya. Wajib menegur pelaku ghibah, atau jika tidak mampu, maka ia pergi meninggalkan majelis tersebut. [Fiqhu Bulugh al-Maram (5/127)]
Namun, tindakan ghibah diizinkan pada keadaan tertentu saat ada maslahat yang lebih kuat berdasarkan petunjuk syariat, di antara keadaan yang boleh:
A. Melakukan pengaduan atas tindakan kezaliman.
B. Menyampaikan suatu aib dalam rangka meminta fatwa atau bimbingan dari seorang alim.
C. Untuk mengingatkan manusia dari bahaya orang tertentu.
D. Dalam ilmu hadits; yaitu mencela rawi tertentu yang terindikasi atau bahkan terbukti memiliki hafalan buruk atau tidak jujur. [Ithaful Kiram, hlm. 174-175]
E. Untuk memastikan orang tertentu dengan menyebutkan ciri fisiknya.
3. Perkara ghibah benar-benar serius. Oleh sebab itu, Rasulullah ๏ทบ mengawali kalimat penjelasan tentang ghibah dengan melemparkan pertanyaan, “Tahukah kalian apa ghibah itu?” [Syarah Kitab al-Jamiสผ li Abdil Muhsin al-Qasim, hlm. 113]
Hal ini untuk lebih menarik perhatian para sahabat.
4. Sabda Rasulullah ๏ทบ tentang arti ghibah, “menyebut-nyebut tentang saudaramu” termasuk dalam kalimat ini: anak-anak kecil. Jadi anak-anak pun tidak boleh dighibah. [Syarah Kitab al-Jamiสผ li Abdil Muhsin al-Qasim, hlm. 114]
5. Sabda beliau ๏ทบ, “tentang saudaramu yang tidak dia sukai”: jadi ghibah adalah kalimat yang isinya celaan kepada orang yang dibicarakan.
Konteks ghibah ini luas. At-Tahanawi rahimahullah menerangkan, “Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu jika dia mengetahuinya. Baik itu menyebutkan kekurangan dalam tubuhnya, pakaiannya, sifatnya, tindakannya, ucapannya, agamanya, dunianya, anak-anaknya, busananya, rumahnya, atau hewan peliharaannya.”
Kasyaf Ishthilahat al-Funun wal-‘Ulum, 2/1256.
Sumber:
https://t.me/nasehatetam/7539
๐ก Turut Menyebarkan:
https://t.me/faedahilmusunnah
https://twitter.com/f_ilmusunnah
https://faedahilmusunnah.blogspot.com
https://youtube.com/@faedahilmusunnah
๐๐๐๐๐๐๐๐๐