
AJAL TIAP MAKHLUK SETELAH SEMPURNA REZEKI MEREKA
Di tulis Oleh Al
Ustadz Abu Ustman Kharisman
Al-Muzani rahimahullah menyatakan:
وَالْخَلْقُ مَيِّتُوْنَ بِآجَالِهِمْ عِنْدَ
نَفَادِ أَرْزَاقِهِمْ وَانْقِطَاعِ آثاَرِهِمْ
Dan para makhluk akan
mati dengan ajal mereka, ketika telah habis (bagian) rezekinya dan terputus
langkah hidupnya
PENJELASAN:
Hal-hal yang perlu
dijelaskan dalam pernyataan ini adalah:
2. Tibanya ajal makhluk berarti telah sempurna rezeki untuknya.
3. Terputusnya langkah kehidupan dengan kematian.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Setiap jiwa pasti akan
merasakan maut…(Q.S Aali Imran:185, al-Anbiyaa’:35, al-Ankabuut:57)
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ
أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Setiap umat akan tiba
ajalnya. Jika ajalnya telah tiba, tidaklah bisa dimundurkan walau sesaat, tidak
juga dimajukan (Q.S al-A’raaf:34)
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
هَذَا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ جِبْرِيلُ
نَفَثَ فِي رَوْعِي أَنَّهُ لاَ تَمُوتُ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا ،
وَإِنْ أَبْطَأَ عَلَيْهَا ، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ،
وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَأْخُذُوهُ بِمَعْصِيَةِ
اللهِ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
Ini adalah utusan
Tuhan semesta alam (Jibril) meniupkan pada jiwaku bahwasanya tidaklah suatu
jiwa mati hingga disempurnakan rezekinya. Meski dilambatkan kedatangannya.
Bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari (rezeki). Jangan sampai
lambatnya kedatangan rezeki menyebabkan engkau melakukan kemaksiatan kepada
Allah. Karena tidaklah (boleh) didapatkan (rezeki) yang ada di sisiNya kecuali
dengan ketaatan kepadaNya (H.R al-Bazzar no 2914, Ibnu Abid Dunya, dishahihkan
Syaikh al-Albany)
لَا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ، فَإِنَّهُ لَنْ
يَمُوتَ الْعَبْدُ حَتَّى يَبْلُغَهُ آخِرُ رِزْقٍ هُوَ لَهُ، فَأَجْمِلُوا فِي
الطَّلَبِ: أَخَذِ الْحَلَالِ، وَتَرَكِ الْحَرَامِ
Janganlah menganggap
lambat datangnya rezeki. Karena tidaklah seorang hamba meninggal hingga
disampaikan kepadanya akhir rezeki untuknya. Maka perbaguslah dalam mencari
(rezeki): mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram (H.R Ibnu Hibban dan
al-Hakim, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby).
Jika seseorang telah
meninggal, akan terputus langkah kehidupannya. Ia tidak lagi bisa menambah
kebaikan. Ia telah berpindah dari masa beramal (di dunia) menuju masa
perhitungan atau pertanggungjawaban amal (di akhirat). Telah terputus amalnya,
kecuali 4 hal:
- Ilmu yang bermanfaat, yang diajarkan dan disebarluaskan. Jika orang yang diajarkannya mengamalkan ilmu tersebut, ia akan mendapatkan aliran pahala meski telah meninggal dunia.
- Anak shalih yang mendoakan dia atau memohonkan ampunan Allah untuknya.
- Shodaqoh jariyah untuk kemaslahatan pelaksanaan ibadah atau ilmu agama Islam, atau fasilitas umum, tanaman, atau hal-hal lain yang bisa terus diambil manfaatnya oleh makhluk hidup setelahnya.
- Seorang yang meninggal dalam keadaan Ribath (berjaga di perbatasan wilayah kaum muslimin dari serangan orang-orang kafir). Haditsnya akan disampaikan pada bab tentang himpitan di alam kubur, insyaAllah.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ
إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ
صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ
Jika seseorang
meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali 3 hal: shodaqoh jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya (H.R Muslim no 3084)
سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ
بَعْدِ مَوْتِهِ، وهُو فِي قَبْرِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا، أَوْ كَرَى نَهْرًا،
أَوْ حَفَرَ بِئْرًا، أَوْ غَرَسَ نَخْلا، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا، أَوْ وَرَّثَ
مُصْحَفًا، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
Tujuh hal yang pahalanya
akan mengalir untuk seorang hamba setelah matinya pada saat ia berada di alam
kubur: mengajarkan ilmu, mendalamkan sungai (mengeruk lumpurnya), menggali
sumur, menanam kurma, membangun masjid, atau meninggalkan anak yang akan beristighfar
untuknya setelah matinya (H.R al-Bazzar, Syaikh al-Albany menyatakan: hasan
lighoirihi. Dalam riwayat Ibnu Majah ada tambahan: membangunkan rumah untuk
Ibnus Sabiil (orang-orang yang dalam perjalanan))