
Ditulis Oleh Al Ustadz Marwan
Adalah suatu
keniscayaan setiap individu kita untuk senantiasa menghisab jiwa-jiwa kita,
sebelum semua perkara yang telah dilakukan jiwa manusia ditampakkan di hari di
mana tiada suatu apapun yang tersembunyi. Yaitu hari penghisaban pada hari
kiamat kelak. Dan sungguh seorang yang senantiasa merenungi, menghitung-hitung
amalan dirinya, hingga kemudian ia bertaubat dari berbagai kesalahan dan segera
kembali kepada Allah Ta’aala.
Semua konsekwensi dari
tindakannya tersebut masih lebih ringan dibandingkan dengan penghisaban nanti
di hari akhir, sedangkan penghisaban di hari akhir adalah suatu kepastian
adanya, sementara kematian senantiasa berada di belakang mengikuti setiap
individu, pada saatnya yang telah ditetapkan Allah jalla Jalaaluhu, kematian
itu akan memberhentikan langkah anda, karena ia telah mendapati anda.
Umar bin Khaththab
–radhiallahu ‘anhu- memperingatkan di dalam sebuah penuturannya :
Hisablah jiwa-jiwa
kalian sebelum kalian dihisab (di hari kiamat). Dan timbanglah jiwa-jiwa kalian
sebelum kalian ditimbang di hari kiamat, sungguh yang demiikian itu lebih
ringan atas kalian dibanding penghisaban kelak di hari kiamat dan timbanglah
jiwa-jiwa kalian untuk menghadapi hari yang sangat besar (hari kiamat), firman
Allah Ta’aala :
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ
لَا تَخْفَىٰ مِنكُمْ خَافِيَةٌ
Artinya : Pada hari
itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang
tersembunyi (bagi Allah).(al-Haaqah : 18)
Berkata al-Hasan
al-Basri –rahimahullah- : Hanya sanya akan ringan hisab seseorang pada hari
kiamat kelak yaitu atas kaum yang senantiasa menghisab jiwa-jiwa mereka di
dunia, dan sungguh akan mengalami keberatan hisab pada hari kiamat atas suatu
kaum yang tidak menghisab jiwa-jiwa mereka di dunia ini.
KEHARUSAN
MENJUAL JIWA DISETIAP MASUK WAKTU PAGI, BERUNTUNG ATAU MERUGI.
Saudaraku
rahimakumullah.
Sebagaimana ternukil
dari sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, riwayat Muslim dari hadits
Abu Malik al-Haritsi bin ‘Ashim al-As’ari –radhiallahu’anhu- Rasululllah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو
فَبَائعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أو مُوبِقُهَا
Setiap pagi manusia
menjual jiwanya, apakah ia memerdekakan jiwanya atau membinasakannya.
Ditunjukkan di dalam
hadits ini, bahwa setiap individu manusia di setiap waktu pagi menjadi
keharusan baginya untuk melakukan suatu tindakan dan upaya, dan tindakan serta
upaya yang dilakukan setiap usai bangun mengawali harinya tersebut hanya
terdapat dua kemungkinan, apakah upaya yang dilakukan tersebut adalah tindakan
yang membinasakan jiwanya ataukah sebaliknya yaitu membebaskan jiwanya.
Dimaksudkan bahwa ketika seseorang berlaku amalan ketaatan semenjak bangun di
pagi harinya sungguh ia telah membebaskan jiwanya dari ancaman adzab Allah
Ta’aala, namun sebaliknya jika ia di pagi harinya tersebut memulai dengan
perbuatan kemaksiatan sungguh ia telah menjual jiwanya dengan kebinasaan yang
menjadikan konsekwensi adzab Allah Ta’aala.
Al-Hasan Al-Basri
rahimahullahu menuturkan : Wahai sekalian manusia, sungguh anda masuk waktu
pagi semua kemudian bertindak untuk melakukan suatu aktifitas dalam rangka
mencari keberuntungan. Maka titik beratkan perhatian besar anda adalah terkait
keberuntungan jiwa anda, karena sungguh tidaklah ada keberuntungan yang paling
besar selamanya kecuali keberuntungan yang diraih oleh jiwa manusia.
Kesimpulannya bahwa orang-orang yang beriman sajalah mereka pada setiap bangun di pagi pada hari-harinya senantiasa menjual jiwanya untuk Allah Ta’aala dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan Jannah. Firman Allah Ta’aala :
Kesimpulannya bahwa orang-orang yang beriman sajalah mereka pada setiap bangun di pagi pada hari-harinya senantiasa menjual jiwanya untuk Allah Ta’aala dengan harga yang sangat mahal yaitu dengan Jannah. Firman Allah Ta’aala :
إِنَّ اللَّهَ
اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ
الْجَنَّةَ ۚ
Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka (at-taubah : 111).
Dan firman Allah
Ta’aala :
وَمِنَ النَّاسِ مَن
يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
Dan di antara manusia
ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah
Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (al-Baqarah : 207).
Muhammad ibnu
al-Hanafiyah –rahimahullah- mengatakan : Sesungguhnya Allah Ta’aala menjadikan
jannah (surga) sebuah nilai ( yang sangat besar) untuk jiwa-jiwa kalian, maka
janganlah kalian menjual jiwa-jiwa kalian dengan nilai yang lain selain jannah,
sungguh seorang yang merugi itu adalah seorang yang merugikan dirinya sendiri
dan menjual jiwanya dengan sekedar perkara dunia yang akan binasa, firman Allah
Ta’aala :
إِنَّ الْخَاسِرِينَ
الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ
الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
Katakanlah:
“Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. ingatlah yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata. (az-Zumar : 15).
Wallahu Ta’aala a’lam.